(42) Happy Ending

3K 275 8
                                    

Selamat membaca

•••

"Ini titipan dari Langit sebelum dia pergi, kakak harap kamu mau terima ini. Anggap aja kenangan dari Langit"

Aiby menerima kotak kecil yang Raja sodorkan. Lelaki itu tersenyum kemudian mengacak gemas rambut Aiby.

"Kamu cantik banget pantas aja Langit cinta banget sama kamu"

Aiby tertawa kecil. Dekat dengan Raja tidak lagi secanggung sebelumnya. Bahkan kontak fisik seperti usapan di kepala sudah sering ia dapatkan.

"Maaf atas sikap Langit. Dari kalian kakak belajar banyak hal. Terimakasih sudah bertemu Langit sebelum maut menjemput. Itu keinginan dia, Kamu harus percaya happy ending ada diantara kalian saat kalian berjalan pada kehidupan masing-masing"

Aiby menganggukkan kepala. Benar, happy ending akan ada saat satu kisah menemukan titik dari tujuan perjalanannya sendiri. Langit mungkin pernah berbuat salah, Aiby pun begitu. Tuhan menciptakan hati untuk saling merasa juga memaafkan. Menerima dengan tulus maka dari hal itu akan ada guru yang bernama pengalaman terbaik.

"Makasih banyak kak" Aiby memeluk Raja. Meluapkan rasa terimakasih karena telah membuat Aiby lolos dari garis penyesalan.

"Sama-sama. Yang harusnya berterimakasih itu kakak. Terimakasih dan Maaf karena kakak gak pernah tau apa yang Langit lakukan sama kamu di masa lalu"

Aiby melepas pelukan kemudian menganggukkan kepala. Tersenyum manis seperti Aiby yang sebelumnya.

"Eh--pelukan aja. Sini mama juga mau peluk"

Aiby dan Raja tertawa. Kemudian berganti memeluk Lisson yang ikut tertawa bersama. Ternyata bahagia sesederhana ini. Cukup menerima juga melepaskan. Maka keikhlasan akan menjadi jalan pintasnya.

"Mama kangen sama Al. Maafin mama sekali lagi. Mau kan kita mulai semuanya dari awal?" Lisson menatap putri kecilnya dengan mata berkaca-kaca.

Aiby tersenyum kemudian menganggukkan kepala. Aiby telah berdamai. Membiarkan waktu berjalan beriringan dengan takdir. Mempunyai kakak, mama juga papi yang lengkap selalu menjadi keinginan Aiby.

"Papi gimana?"

Aiby menoleh. Salendra--papi Raja juga Langit yang kini sudah Aiby panggil papi itu ikut tertawa. Kemudian berjalan mendekat, ikut memeluk erat kedua putra juga putrinya.

"Kita mulai semua dari awal. Dari kesalahan dahulu kita jadikan pelajaran sekarang"

Aiby menganggukkan kepala, tersenyum ceria seperti biasanya. Semuanya sudah berakhir. Kaset kesedihan itu telah berganti nama menjadi kenangan masa lalu. Biarkan saja mereka menjadi lembaran cerita yang akan ia buka di suatu saat nanti.

"Makasih papi, sudah mau jaga mama sementara aku gak ada"

Ucapan lirih Aiby kala memeluk salendra membuat Lisson tidak bisa lagi membendung air matanya. Putri semata wayangnya selalu sebaik malaikat. Hatinya selembut sutra, dan selalu menyayanginya walau goresan luka kerap kali ia berikan saat ia dalam kondisi sadar. Tuhan sangat berbaik hati dengan memberikan Aiby pada kehidupannya.

"Papi yang harusnya bilang makasih. Untuk maaf juga kesalahan di masa lalu terimakasih sudah menerima kami kembali, kamu anak yang baik semoga kelak hal baik selalu beriringan dengan langkah kamu"

📍📍📍

Bintang mengela nafas panjang kemudian menatap wanita di hadapannya dengan tatapan gusar. Lelaki itu berulang kali mengela nafas berat, guna menormalkan rasa sakit yang perlahan timbul ke permukaan.

"Maaf Melani, saya tidak bisa. Saya mencintai Aiby"

Ada binar terkejut kala kalimat itu Bintang lontarkan dengan teramat sangat jujur. Melani menatap Bintang dengan tatapan kecewa. Tidak! ada pula luka di tatapan itu namun Bintang terlalu buta akan rasa sakit di masa lalu karena itu ia tidak melihatnya.

"Kenapa bisa?"

Bintang menarik senyum tipis. Kenapa bisa? Seperti bukan pertanyaan namun sebuah keluhan dari rasa kecewa.

"Kenapa bisa? Mungkin karena Aiby selalu membuat saya kagum pada sosoknya yang misterius" kekeh Bintang membuat Melani tersikap.

"Kamu berubah!" ujar wanita itu. Bintang menaikkan satu alisnya dengan bingung.

"Kamu bukan Bintangku dulu, kamu berubah"

Bintang menarik senyum miring, kemudian menatap sosok cantik yang dulu pernah mengisi sebagian ruang di hati lelaki itu.

"Saya tidak pernah menjadi Bintang kamu semenjak kamu pergi di hari pernikahan kita. Ingat Mel, kamu sudah menikah dan kamu bukan lagi tanggung jawab saya"

Melani terisak. Gadis itu menatap Bintang dengan tatapan tidak percaya.

"Kamu bilang saya? Apa dengan begitu aku jadi orang asing?" tanya Melani dengan tatapan sendunya.

Bintang menggelengkan kepala.

"Aku berganti saya karena saya menghormati kamu sebagai calon kakak ipar saya. Melupakan dengan melepaskan itu termasuk  seni dalam mencintai. Kamu hanya perlu sadar Melani, bahwa kisah kita telah berhenti dan kita telah di pertemukan di waktu dengan kisah yang berbeda"

Melani menggelengkan kepala. Merasa tidak percaya akan mendapatkan ucapan seperti itu. Kini di hadapannya bukan Bintangnya. Bukan Bintang yang selalu lembut juga sabar dalam menghadapinya. Lelaki itu telah berubah. Dan Melani sangat membenci hal itu.

"Kamu jahat Bin"

Bintang mengela nafas berat. Kemudian memegang kedua bahu wanita yang kini terisak di hadapannya.

"Dengarkan saya Melani" tatapan Bintang berubah menajam kala manik sebening telaga itu balas menatapnya.

"Saya pernah mencintai kamu. Itu dulu, saya bersalah dengan tidak menjaga kamu. Tetapi sekarang saya sadar bahwa takdir Tuhan adalah rencana terbaiknya. Saya tidak menyesal pernah kacau karena kamu pergi tanpa kabar di hari pernikahan kita. Dan lagi saya sudah memaafkan kamu sejak lama" tatapan Bintang meredup kala melihat manik telaga milik Melani kembali berurai air mata.

"Melani, kamu mempunyai Raja juga Byan. Kamu mempunyai kehidupan juga rumah berpulang yang kerap kali menunggu kamu untuk segera pulang. Dari kehidupan Aiby kamu bisa belajar menjadi pribadi yang tegar. Saya tidak meninggikan Aiby diatas kamu tapi kamu perlu tau menjadi Aiby yang masih tersenyum ceria bukan hal mudah. Saya harap kamu mengerti"

Setelah mengatakan hal tersebut Bintang tersenyum tipis kemudian berlalu dari hadapan Melani yang masih terisak di tempatnya berdiri. Gadis itu merasa rendah, merasa sangat buruk menjadi ibu, istri juga seorang wanita. Benar, kehidupannya sudah berubah. Tidak ada lagi campur tangan Bintang di dalamnya. Tidak ada lagi lelaki itu yang akan memeluknya seperti dulu. Harusnya Melani sadar akan hal itu. Raja mencintainya, sudah menjaganya sedemikian rupa. Mencintainya dengan setulus hati juga banyak yang lelaki itu korbankan di belakang sana termasuk seluruh karier juga keinginannya untuk kembali ke jakarta bertemu dengan Bintang.

Sekarang Melani sadar. Bintang bukan untuknya. Ada Raja, Byan juga seperangkat keluarga tempat berbagi lelah juga keluh kesahnya. Melani sadar Bintang berjalan pada kehidupannya sendiri, tentunya dengan kisah mereka yang telah berbeda.

Tanpa Melani sadari bahwa ada dua orang yang sejak tadi mendengar seluruh percakapannya dengan Bintang. Raja--lelaki itu mengela nafas panjang, merasa bersalah dengan mengikat Melani dengan cara yang salah. Juga Aiby--tersenyum manis kala Bintang menyebut namanya. Ia merasa berharga dengan Bintang yang bersifat tegas.

Ketidakmungkinan takdir akan berjalan bergantung pada prasangka hambanya. Tuhan mengetahui bahwa garis takdir akan tetap membawa setiap makhluk pada jalannya masing-masing. Anggap saja setiap manusia memiliki happy ending dalam perjalanannya sendiri. Itulah ketetapan yang sudah di tentukan dan semesta hanya perlu menjalankan skenario yang sudah lama ditakdirkan.

📍📍📍

Aku ada cerita baru yang minat baca silahkan buka lapakku. Ceritanya Spin Of dari Take me with you to jannah. Terimakasih.
Hope you enjoy this part guyss😘😁😁

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang