(45) Malam bersama keluarga Bintang

3.1K 290 12
                                    

Selamat membaca

•••

Setelah selesai makan malam Aiby dan keluarga Bintang beranjak dari ruang makan menuju ruang keluarga. Aiby sendiri sebenarnya sudah ingin pamit pulang hanya saja ia bingung berpamit seperti apa. Belum lagi Salsa dan Gita yang sejak tadi sudah usil menggodanya habis-habisan. Dua anak itu seperti balita dan Aiby sebagai induknya. Benar-benar membuat Aiby kesal bukan main.

Melihat Bintang yang berjalan ke arahnya Aiby menatap lelaki itu dengan tampang memelas, berharap semoga Bintang mengerti dengan arti tatapannya.

"Kamu kenapa? Tagih janji cerita?" Bintang tentu saja mengartikannya dengan hal lain. Aiby adalah tipe yang tidak bisa di tebak karena itu Bintang sendiri kadang bingung dengan jalan fikir gadis itu.

Mendengar pertanyaan Bintang Aiby mencurut kesal. Ketidakpekaan Bintang kadang kala membuat Aiby ingin mengutuk lelaki itu menjadi kutu agar mudah membunuhnya. Eh, membunuh? Jangan! Hubungan mereka saja masih diambang langit-langit, masa Aiby berbuat sejahat itu pada hatinya sendiri. Jika Bintang tidak ada siapa lagi yang akan sabar menghadapinya.

"Mau pulang" ucap Aiby sambul menusuk nusuk lengan kanan Bintang. Gista yang mendengar itu kontan saja langsung menoleh.

"Nginap aja Al, nanti kamu bisa tidur sama Salsa atau Gita sama mama juga boleh" kalimat terakhir Gista mendapat plototan tajam dari Gate. Aiby yang melihat itu terkekeh pelan.

"Iya kak, nginap aja nanti tidur bareng aku atau kita bisa tidur bertiga" sahut Salsa. Membayangkan saja sudah membuat Aiby bergedik ngeri.

"Kita temani kak Al maraton drama china deh sambil cerita-cerita" Aiby yang mendengar tawaran dari Gita langsung berbinar cerah. Memang dasarnya Aiby ini bucinnya drama china maka tidak ada alasan menolak.

"Mau tapi--"

"Sini saya izinkan sama mama kamu" potong Bintang dengan meraih ponsel Aiby dari genggaman gadis itu.

"Eh jangan, saya bisa izin sendiri" Bintang dengan tegas menggelengkan kepala membuat Aiby berdecak pelan.

"Kalian ini masih aja panggilannya kayak mahasiswa sama dosen. Coba di ganti masa nanti nikah juga kuliah di rumah" ucap Gate mengomentari panggilan mereka yang masih seperti berada di lingkup kampus. Mendengar itu Aiby hanya meringis pelan. Melirik Bintang yang berjalan menjauh menelpon mamanya.

"Udah kebiasaan Om, jadi kalau di rubah jadi aneh" jawab Aiby dengan senyum malu-malu meong.

"Panggil mama sama papa juga di biasain kak. Kan tadi sudah di kasih tau" sela Gita saat Gista ingin menjawab ucapan Aiby.

"Iya Al. Panggil mama papa susah banget ya?" Aiby kembali meringis. Jujur saja, ia masih sangat canggung dengan keharmonisan keluarga Bintang. Mengingat keluarganya sendiri yang hancur berantakan Aiby kadang kala merasa nyaman namun juga canggung.

"Iya ma, pa" jawab Aiby dengan senyum malu.

Bintang kembali dengan mengulurkan ponsel Aiby pada pemiliknya. Aiby langsung menerimanya tanpa banyak protes.

"Tadi Angga ada telpon kamu" Aiby kontan saja langsung mendelik. Kemudian mengecek ponselnya sendiri. Bintang ini lelaki paling keterlaluan sedunia bisa-bisanya memberitahu perihal itu di depan keluarganya sendiri, jika Aiby di diskualifikasi jadi calon menantu kan bahaya.

"Ayo kita ke ruang tamu. Saya mau bayar cerita saya" ajak Bintang. Aiby langsung memgangguk cepat. Melupakan perihal Angga yang menelponnya.

"Di sini aja Bang. Ada kita biar dengar sekalian" ucap Salsa yang mendengar bisik-bisik tetangga.

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang