(35) Bintang dan segala sifat menyebalkannya

2.9K 279 15
                                    

Selamat membaca

•••

"Dia udah istirahat. Hari ini maksa banget mau pergi ke kampus. Gue khawatir makanya langsung suruh dokter Riana stay di sini!"

Bintang menganggukkan kepala kemudian menyandarkan tubuhnya pada sofa. Membiarkan Gaberiel berlalu menuju dapur.

Bintang mengela nafas panjang kemudian memejamkan mata. Memijat pangkal hidungnya yang terasa nyeri. Pertemuan dengan Raja dan Melani tadi siang membuatnya sedikit waspada. Sejauh ini Bintang tidak sadar bahwa Langit yang sering di ceritakan oleh Gaberiel adalah adik dari Rajawali, suami Melani.

Jakarta memang selalu sesempit ini. Dan dengan fakta tersebut membuat Bintang semakin waspada dengan keadaan Aiby. Sepertinya gadis itu masih harus menjalani perawatan khusus untuk trauma psikologisnya.

"Gue belum sempat belanja. Jadi adanya air putih aja" Gaberial meletakkan beberapa air mineral diatas meja bersama beberapa cemilan yang tersedia. Lelaki itu duduk di single sofa di samping Bintang. Menghempaskan diri di sana sesekali mengela nafas berat.

"Jadi Raja ketemu Aiby?"

Bintang menganggukkan kepalanya.

Gaberiel mendengkus kesal.

"Brengseknya Langit sama Raja memang kualitas tinggi. Gue aja sampe heran!" Gabe berdecak pelan sambil menggelengkan kepala.

"Gue gak tau kalau Langit yang sering lo ceritain itu adiknya Raja. Gue gak sadar selama ini!"

Melihat Bintang yang mengela nafas berat Gaberiel hanya terkekeh pelan.

"Udah lah. Yang penting lo udah bawa Aiby pulang. Besok bokapnya mau datang jemput dia pulang"

Bintang menoleh. Alisnya bertaut bingung.

"Pulang?"

Gaberiel menganggukkan kepala.

"Om Gar mau rawat Aiby. Dia sudah tau perihal trauma psikologis yang Aiby derita karena itu dia mau bawa Aiby berobat ke luar negeri!"

Bintang menatap tidak percaya. Lelaki itu menatap Gabe dengan pandangan sulit di jelaskan.

"Aiby udah tau?"

Gabe menggelengkan kepala.

"Belum. Gue maunya Aiby gak tau dan langsung ketemu sama Om Gar aja. Gue gak suka liat Aiby sedih karna ingat keluarganya yang udah pisah-pisah begini!"

Gabe mendesah berat. Lelaki itu menarawang langit-langit kemudian tersenyum lebar saat netranya bersitatap dengan Bintang.

"Gimana kalo besok lo lamar Aiby aja?!"

📍📍📍

Pukul sembilan lebih sepuluh menit Aiby terbangun karena merasa kehausan. Dengan langkah malas gadis itu terpaksa keluar kamar karena di sisi nakas tempat tidurnya ia lupa mengisi kembali gelas yang sudah kosong.

Lampu temaram di ruang tamu mengusik Aiby yang masih berdiri mengumpulkan nyawa di ambang pintu. Netranya menyipit saat melihat sosok tinggi tegap yang sedang menempelkan ponsel di telinga sesekali memeriksa berkas di tangannya. Aiby berjalan mendekat, alisnya bertaut bingung. Ia mengamati sekitar takut-takut ada jin yang sedang cekikikan menertawakan halusinasinya.

"Bapak ngapain di sini malam-malam begini?!"

Aiby menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu kemudian meraih gelas air mineral yang ada di atas meja.

"Saya menginap di sini"

Aiby langsung mendelik. Netra coklatnya terlihat membola lucu. Bintang yang melihat itu menahan diri untuk tidak mencubit atau melakukan suatu hal yang berbahaya. Mengingat Gabe sudah pergi dan menitipkan Aiby padanya.

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang