(15) Boleh baper gak sih?

3K 292 2
                                    

Selamat membaca

•••

"Bang ini lo jadi ketemu mantan gak sih? Katanya mau ngurus jasa wedding organizer kak Alyana?" tanya Aiby dengan tampang kesal. Pasalnya abang sepupunya itu selalu menerornya pesan dengan berbagai macam alasan yang tidak masuk akal.

Aiby menegakkan tubuhnya masih dengan tangan yang menempelkan ponsel pada telinga kanan.

"Yaudah iya. Lo jangan ganggu lagi, gue bentar lagi kelasnya Bintang nih. Awas aja sampai gue diusir gara-gara spam dari lo. Gue bunuh lo pulang dari kampus"

Terdengar gelak tawa dari sebrang telpon, urusan memancing api tanpa asap pun Gabe juga jagonya. Apalagi hanya untuk memancing api adik sepupunya, itu hanya perihal mudah.

Setelah sambungan terputus Aiby kembali merebahkan kepalanya diatas meja. Hari ini mood keluar rumahnya sangat buruk di tambah lagi hari pertama menstrusi yang membuat perut sakit dan sedikit kram.

"Lo kenapa By? Sakit?"

Aiby yang semula memejamkan mata langsung kembali menegakkan tubuh. Di sampingnya berdiri Reni dan Wenda yang menatap khawatir.

"Gak papa, agak pusing dikit. Nanti juga sembuh kok" jawab Aiby sekenanya.

Kedua temannya itu hanya menganggukkan kepala. Kemudian beralih memainkan ponselnya masing-masing.

Tidak lama berselang Tari, Rene, Fitri juga Rani berdatangan dengan suara heboh. Andai saja sakit di perut Aiby tidak kembali pulih seperti pagi tadi mungkin ia akan dengan semangat menyambut keempatnya.

"Loh kok artis kita lemes gini sih? Lo kenapa By? beneran sakit atau cuman cosplay?" tanya Tari dengan tidak manusiawi. Yang lainnya langsung ikut merapat pada Aiby yang hanya menjatuhkan kepala diatas meja. Termasuk angga juga Reno yang baru saja datang. Tumben sekali si biang ribut itu tidak membuat suara saat sampai di kelas.

"Gakpapa, Biasalah hari pertama datang bulan" jawab Aiby masih dengan wajah telungkup diatas meja.

Reno mendekat bersama pasukannya. Lelaki itu menatap Aiby dengan kening berkerut, merasa lawannya sudah KO sebelum bertanding.

"Lo biasanya kalo sakit gini minum apa?" tanya Reno dengan nada khawatir yang terselip di ucapannya.

"Gak minum apa-apa, nanti juga hilang sendiri"

Reno mengela nafas panjang kemudian menatap Angga sebagai orang paling dekat dengan Aiby.

"Gak mau di beliin minuman pereda nyeri nih? Mumpung belum masukan?" tanya Angga. Aiby menggelengkan kepala.

"Gak usah nanti malah muntah gak enak soalnya"

Memang Aiby yang dasarnya banyak mau, makanya begini. Satu teman kelas Aiby hanya menatap prihatin. Bagian cowok ingin merasakan bagaimana rasanya sakit itu hingga membuat cewek sebanyak tingkah Aiby jadi terdiam pucat seperti itu. Sedangkan yang cewek hanya diam sesekali memberi tawaran untuk pulang atau menunggu jam usai dengan menunggu di uks kampus.

Tidak selang beberapa lama dari semua penolakan Aiby Bintang datang dengan membawa beberapa buku di tangannya. Hari ini lelaki itu memakai kemeja maroon yang entah mengapa terlihat sama dengan sweeter yang Aiby kenakan. Rasanya tidak asik melihat hal itu jika Aiby dalam keadaan mode tenang.

"Selamat siang. Salam sejahtera bagi kita semua. Baik untuk materi hari ini silahkan buka bukunya di halaman terakhir pembahasan"

Bintang memulai kelas seperti biasanya. Lelaki itu berulang kali melirik Aiby yang menatap malas buku tebal di atas meja. Gadis itu terlihat lesu, wajahnya tidak seceria biasanya. Raut cantik itu terlihat pucat, lingkar di bawah matanya terlihat tipis, sapuan make up belum sempurna menutup lingkar hitam tersebut.

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang