3 [ START ]

5.6K 363 23
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 20:50. Kami sedang bersiap dengan memasang headlamp di kepala kami. Suhu disini sangat rendah sekali. 19 derajat. Itu sangat dingin untuk kami yang biasa merasakan suhu normal.

Yah tapi memang, kalau di dataran tinggi suhunya akan rendah dan pastinya orang orang dataran tinggi itu putih putih bersih bersih karena hidup di suhu yang dingin.

Bung Asep sedang memberikan arahan kepada kami. Ya..! kami harus terus menjaga perkataan dan perlakuan kami saat di gunung. Sebenarnya tidak hanya di gunung, namun dimana pun kita berada, kita harus menjaga tata krama kita.

Kami juga harus selalu menanamkan prinsip pendaki, yaitu tidak mengambil apa pun selain gambar. Tidak meninggalkan apapun selain jejak. Dan tidak membunuh apapun selain waktu. Seorang pendaki gunung tidak boleh melanggar prinsip pendakian tersebut.

Setelah selesai dengan penjelasan nya. Bung Asep pun memimpin doa agar kami serombongan selamat sampai puncak. Setelah selesai, kami segera berjalan keluar base camp. Tak lupa menyapa pendaki lain yang baru saja turun dari atas maupun pendaki yang akan melakukan start besok.

"Sayang, jangan mengantuk" ucap gue pada Gulf. Gulf tersenyum ke arah gue. "Ya nggak lah yang, orang aku juga baru bangun kan, masa ngantuk lagi" jawab nya.

Gue terkekeh, "siapa tau kamu mengantuk lagi" gue menggoda Gulf. Gulf menyubit pelan lengan gue. Gue pun meringis kesakitan karena cubitannya.

Kami berjalan di jalan yang masih terbilang lebar ini dengan di terangi oleh headlamp dan juga cahaya dari bulan.

Kami masih berada di wilayah desa, dan belum masuk ke jalur pendakian. Masih terdapat banyak rumah disini. Plang papan bertuliskan kemana arah jalur pendakian itu bisa kami lihat. Kami pun berjalan mengikuti kemana arahnya papan tersebut.

Kami melewati jalan di tengah sawah yang begitu luas. Yahh mungkin kalau terang ini akan terlihat sangat indah. Sawah yang berundak dengan kebun sayuran yang terhampar luas. Namun sayang, saat ini malam hari. Jadi tidak akan terlihat indahnya hamparan hijau yang luas ini.

Hingga setelah itu kami mulai masuk ke dalam jalur pendakian.

"Eh mas, mas'e siapa tadi namanya?" Tanya kang Parto. Kalau tidak salah. Gue ingetnya dia yang bernama kang Parto.

"Mew, kang" jawab gue sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi putih yang terlihat di gelapnya malam ini.

"Woiya mas Miu, mas Miu sama mas Gupi ya? Nah itu sering toh nanjak berdua?" Tanya kang Parto di saat kami sedang berjalan.

"Iya kang, udah berapa gunung ya yang udah kita daki?" Gue menoleh ke arah Gulf. Gulf mengendikan bahunya. "Ntah aku lupa, tidak banyak kok kang, paling ya 10 gunung lebih ada, tapi kalau Prau baru kali ini kang " jawab Gulf lalu terpokus lagi dengan jalanan di depan sana.

"Wohh, banyak itu toh mas. Gimana sampeyan toh, lah terus kalau nanjak hanya berdua gitu tok? Ndak ngajak kawan lagi gitu?" Tanya kang Parto lagi.

"Iya kami berdua aja hehe" gue terkekeh lalu gue bertanya kepada kang Parto. "Kang Parto sendiri gimana? Sering nanjak kan?"

"Woiya jelas toh, ini komunitas saya Alhamdulillah semakin banyak peminatnya. Kalau mas Miu sama mas Gupi mau join... boleh.... boleh banget malahan" ajak kang Parto.

"Ya gimana ya kang, bukannya enggak mau.... kita kan jauh. Kita di Jakarta, susah ketemu, kan kang Parto ada di Surakarta" jawab Gulf yang sepemikiran dengan gue.

"Owalah Iyo, gimana toh aku kok lali, hehe yowis gapopo mas. Yang penting... kita masih bisa berkontak lewat medsos. Ya toh?" Kata kang Parto dengan logat Jawa nya.  Gue pun menganggukan kepala.

ANAK GUNUNG [MEWGULF] ✓bxb [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang