Siang ini gue lagi nunggu Gulf di lapangan sepak bola nih, Gulf lagi ada pertandingan sama club lain. Gue duduk di kursi tribun sambil melihat Gulf yang sedang bermain dibawah sana. Lincah sekali menendang bolanya. Tenang saja ayang Gulf, pasti gue doakan, semoga saja club mu menang Gulf.
Gue terlalu pokus menyaksikan pacar gue yang sedang berlarian di tengah padang rumput yang hijau itu tak sadar jika ada orang yang duduk di samping gue.
Hingga gue mendengar suara deheman yang tak asing itu gue pun langsung menoleh ke samping gue. Sial! Mau apa dia kesini? Gue pun menggeser duduk gue hingga sedikit menjauh dari orang itu.
"Kamu masih marah ya sama aku?" Tanya nya. Buset, masih aja di bahas. Eneg gue astaga. Gue hanya diem aja ngga ladenin apa kata orang itu.
"Kalau kamu diem aja, berarti benar. Kamu masih marah sama aku". Kata nya lagi. Gue pun melirik sekilas. Wajahnya kini di tekuk dengan bibir yang maju kedepan seperti bebek.
Dulu wajah itu adalah wajah kesukaan gue, kalau gue badmood terus liat wajah dia yang imut gitu pasti gue langsung good mood, tapi sekarang? Astaga. Itu sudah bertahun tahun yang lalu, waktu kita masih SMP!
"Mas Mew, Aku minta maaf, sebenarnya bukan seperti itu mau ku, mas" Ucap nya lagi. Gue masih mendengar kan nya tanpa membalas perkataannya. Sudah muak asal kalian tahu. Hampir bertahun tahun gue mendengarnya.
Bukannya gue ga mau maafin. Tapi dia sudah menghancurkan yang pernah kita bangun bersama. Dulu.
"Aku tidak bermaksud seperti itu mas, Aku diperintah supaya aku bisa memerasmu" Tar mengaku lagi, Gue yang sedang melihat Gulf yang masih berlarian ditengah lapangan kini menjadi tidak pokus. Gue udah tau, please! Gue muak denger nya.
"Udahlah, yang dulu biarlah berlalu, gue udah ada Gulf, jadi lupakan saja yang pernah terjadi" akhirnya pun gue mengeluarkan suara.
Tangan kecil itu meraih tangan gue. Gue pun memandang ke arah Tar. Tar memberikan tatapan yang penuh harap. Namun hati gue udah ga ngerasain apa-apa lagi sama Tar.
Gue pun melepas genggaman nya itu, dan segera memposisikan diri lebih nyaman lagi. Sebenarnya gue ga nyaman setelah Tar datang menghampiri gue.
Gue pun menyeruput susu coklat yang sempet gue beli tadi. Dan gue kembali terpokus dengan Gulf ditengah sana.
"Aku yakin. Mas masih punya rasa buat aku, jadi aku akan membuatmu mengaku, mas" Kata Tar, lalu dia bangkit dari kursi tribun dan berjalan meninggalkan gue. Gue pun berdecak kesal, dasar gila! Lagian siapa juga yang masih ada rasa setelah semua yang dia lakukan itu penuh kebohongan. Ckk! Gue bukan orang bodoh!
Gue mengalamun sedikit lama setelah teringat kejadian yang pernah gue alamin sama mantan gue, Tar. Ahhh, ga sudi sebenarnya ngakuin dia sebagai mantan gue.
Flashback on!
Jadi dulu waktu kelas 8 SMP gue punya pacar. Namanya Tar. Tar masih kelas 7. Jadi dulu itu dia adalah adik kelas gue. Iya tau, Kita masih kecil tapi kita udah tau pacaran. Karena di lingkungan gue udah lumrah sama yang begituan. Apalagi yang gay, banyak menk! Orang tua gue juga udah tau kok, kalau orientasi gue homoseksual. Awalnya sih ga terima, tapi mau gimana lagi, itu pilihan gue, gue bahagia sama orientasi gue ini. Mau ga mau, mereka pun menerima gue apa adanya.
Gue kenal Art karena waktu pulang sekolah dia lagi nunggu jemputan, ntah siapa yang menjemput, gue ga tau. Karena ini sudah sore, gue yang naik motor dan lewat tepat di depan Tar akhirnya gue memberhentikan motor gue. Dan gue pun menengok ke arah anak itu. 'ahhh anak kelas 7' Batin gue. Gue pun akhirnya tanya ke dia.
"Lagi nunggu jemputan?" Tanya gue. Orang yang gue ajak bicara itu pun menoleh ke arah gue dan menganggukan kepala nya.
"Aku udah nunggu hampir satu jam, tapi kok ga sampai sampai ya?" Tanya cowo itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK GUNUNG [MEWGULF] ✓bxb [COMPLETED]
FanfictionWarning! 🔞 PARA PEMBACA HARUS MEMPERTIMBANGKAN LAGI UNTUK MEMBACA CERITA INI KARENA INI CERITA GAY! JANGAN SALAH LAPAK YA READERS YANG BUDIMAN. TERIMAKASIH ____________________________ MewGulf si anak Jaksel yang demen nanjak ke gunung. Penuh denga...