24. Aku, Kamu & Dia

644 76 15
                                    

Sorry kemarin gak up soalnya istirahat seharian, wkw.

Sorry kemarin gak up soalnya istirahat seharian, wkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24. Aku, Kamu & Dia

“Aku padamu, kamu padanya.” — Sandrana Aisyah











Iqbal : Hari ini pergi ke sekolah sendiri ya, Ra. Gue sama Dinda soalnya

Ara menatap nanar layar ponselnya. Gadis itu bingung sekaligus bertanya-tanya. Ini pertama kalinya Iqbal tidak menjemput Ara karena seorang gadis, yaitu Dinda. Yang Ara tau Iqbal itu sangat malas berdekatan apalagi berurusan dengan Dinda. Tapi hari ini seorang Iqbal si cowok cuek pergi ke sekolah bersama mantan kekasih yang tidak diinginkannya. Luar biasa. Ini adalah kejadian yang sangat langka.

Pikiran Ara terbelah menjadi dua. Di sisi lain Ara percaya mungkin Dinda masih sakit, makanya Iqbal yang menjemput Dinda. Namun di sisi lain ia beranggapan bahwa Iqbal dan Dinda balikan. Cewek pendek itu menggelengkan kepalanya. Ia lebih memilih berpikir positif. Ara mulai mengetik balasan dari pesan Iqbal.

Ara : Yaudah-yaudah gak pa-pa...      [delete]

Ara : Ku menangis, membayangkannnn     [delete]

Ara : KENAPA HARUS DINDA SIH HAH?! KENAPA?!     [delete]

Ara : Halah-halah Dinda si cabe kalau kata Cleo     [delete]

Iqbal : Lama bgt ngetiknya

“Eh ayam!” Ara terperanjat kaget. Cewek itu menepuk keningnya berulang kali. Ia merutuki dirinya sendiri. Malu sekali rasanya. Padahal hanya mengetik balasan. Tapi masih saja harus pakai drama.

Ara : Iya gak pa-pa. Aku bisa pergi sendiri kok. Udah gede juga, wkwk

Ara melempar asal ponselnya dengan wajah ditekuk. Cewek itu sangat kesal. Bisa-bisanya Iqbal mementingkan Dinda daripada dirinya. Ara yakin pasti ini Dinda yang memaksa Iqbal. Mana mau Iqbal menjemput Dinda kalau bukan cewek itu yang memohon. Dinda memang titisan kentang.

“Iya gak pa-pa aku bisa pergi sendiri kok udah gede juga weka-weka,” ujar Ara mengejek dirinya. Cewek itu mencuatkan bibirnya kesal.

“Bisa apanya?! Nyebrang jalan aja gak bisa mau sok-sokan pergi ke sekolah sendiri. Haduh-haduh,” kata Ara lagi sambil mengusap wajahnya frustrasi.

Ara beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju meja rias. Cewek pendek itu menatap dirinya dari pantulan cermin. Tak lama kemudian ia bergidik ngeri. Ia merasa wajahnya sangat jelek ketika sedang kesal. Ara menghela napas berat lalu tersenyum semanis mungkin. Sampai tak sengaja pandangannya jatuh pada pantulan jam di cermin yang kini sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB. Ara berjengit kaget.

ARayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang