55. Akhir Untuk Awal

1.2K 100 60
                                    

55

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

55. Akhir Untuk Awal








Malam ini, di ruang tengah, Ara bersama dengan keluarganya sedang bercanda ria di sana. Tadi sore dokter sudah membolehkan Ara untuk pulang karena kondisi gadis itu yang mulai membaik. Sedangkan Dinda, cewek itu masih berada di rumah sakit karena kondisinya yang masih lemah.

“Besok yang dateng ke sekolah siapa?” tanya Ara pada Fela dan Ryan.

“Besok kalian masih sekolah? Bukannya udah libur? Kan udah ambil rapor,” ujar Ryan bingung.

“Besok acara tahunan sekolah, Pa. Orang tua diwajibkan datang,” jawab Zein tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Seperti biasa, cowok itu bermain game.

“Kalau gitu Mama sama Papa yang ke sekolah. Lagipula murid-murid udah pada tau kan kalau kalian itu keluarga?” tanya Ryan membuat Ara mengangguk.

Dulu waktu kelas sepuluh kalau ada acara akhir tahun di sekolah, Ara akan membawa Fela sedangkan Zein akan membawa Ryan. Saking tidak mau ada yang tau, mereka sampai pergi ke sekolah dengan mobil yang berbeda. Fela dan Ryan menurut saja pada waktu itu karena tidak mau berdebat dengan anak-anak.

“Kak,” panggil Fela membuat Ara menoleh. “Mama mau kasih tau sesuatu tapi Kakak siap gak?” tanya Fela.

Ara mengernyit. “Kasih tau apa, Ma? Mama mah pake rahasia segala sama aku,” ujar Ara.

“Iya, ini teh Mama mau ngasih tau. Tapi kamu udah siap apa belum?” ujar Fela.

“Harus pake siap-siap segala ya, Ma?”

“Bawel banget heran,” ujar Zein mencibir membuat Ara langsung mendelik tajam pada cowok itu.

“Tukang anter jemput dilarang ngomong,” ujar Ara pada Zein.

Zein sontak menoleh pada Ara. “Siapa tukang anter jemput?”

“Ya elo, siapa lagi memangnya? Bi Emih?”

“Kenapa malah berantem, sih?” ujar Fela terheran-heran. “Lanjut ke topik awal,” katanya lagi.

“Iya, Ma. Aku siap kok. Memangnya apa?” tanya Ara. Soalnya baru kali ini Fela rahasia-rahasiaan begini ke Ara.

Fela mengeluarkan ponselnya, lalu mengetik sesuatu di sana. Sementara Ara masih menunggu dengan wajah penasaran. Tak lama kemudian Farhan datang, sambil membawa sebuket bunga dan beberapa paper bag.

Farhan tersenyum kecil pada Ara. “Hai, Ara.”

“Ini kan om-om ganteng waktu itu. Bener kan, Ma?” tanya Ara dengan wajah melongo.

Fela mengangguk, lalu menarik napas dalam-dalam. “Ara, dia itu Papa kandung kamu.”

“Jangan bercanda ih, Ma.” Ara tertawa geli. Sedangkan Karin masih menatap Farhan tanpa berkedip.

ARayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang