16. IQBARA

706 80 13
                                    

Bucinnya Ara Iqbal nehhhhh, wkw.

Bucinnya Ara Iqbal nehhhhh, wkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16. IQBARA















Saat ini keadaan kelas 11 IPA 1 sangat riuh. Kalau Leo sudah kejar-kejaran dengan Arza hanya karena rebutan bakwan goreng, maka sudah dipastikan keadaan kelas sangat kacau. Demi bakwan goreng kedua manusia itu rela berlari kesana-kemari. Padahal jarak dari kelas ke kantin itu cuma beberapa langkah. Mereka berjalan seperti suster ngesot saja pasti tidak akan lelah. Tapi dasar mereka berdua saja yang seperti bocah.

Jika Leo dan Arza berlari-lari seperti dikejar maling maka berbeda dengan Zara. Sejak Bu Beti beranjak meninggalkan kelas, cewek jutek itu langsung menyumpal telinganya menggunakan earphone lalu menutup wajah menggunakan jaket. Biasa, lanjut tidur karena semalam begadang. Resha dan Cleo sudah duduk bersebelahan sambil bercerita seperti biasanya. Dipta? Jangan ditanya. Cowok itu sudah pacaran dengan soal-soal di buku cetak. Sedangkan Ara dan Iqbal hanya diam-diam saja sedari tadi.

Ara menyandarkan kepalanya di atas meja. Cewek pendek itu menoleh pada Iqbal yang kini sedang duduk di sebelahnya. Ara memperhatikan wajah Iqbal secara intens. Rahangnya tegas, hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik, bola mata cokelat terang dan bibir sedikit tebal. Ini adalah definisi sempurna. Tuhan tidak main-main ketika menciptakan Iqbal. Selain tampan, Iqbal juga tajir. Rumahnya luas seperti istana merdeka. Kalau ke sekolah selalu gonta-ganti motor. Cowok itu juga punya Lamborghini.

“Ganteng banget jodoh gue,” gumam Ara. “Kamu blasteran surga ya, Mas?” tanya Ara pada Iqbal.

Iqbal sontak menoleh. “Bukan Mba,” jawab Iqbal dengan wajah datarnya.

“Aku lagi bercanda loh, Mas. Kenapa gak bilang iya aja coba?” gerutu Ara.

“Saya enggak pandai bercanda Mba,” balas Iqbal lagi membuat Ara tertawa geli.

“Udah mas–mba aja nih yang di depan gue!” seru Cleo dengan suara toa.

Leo sontak berhenti berlari membuat Arza langsung menubruk punggungnya. Cowok putih berbalik badan lalu menoleh pada Arza. “Kamu gak pa-pa, Mba?” tanya Leo dengan wajah sok cemas.

“Aku gak pa-pa, Mas. Cuma ginjal aku baru aja pindah ke paru-paru,” balas Arza. Cowok itu ikut mendramatisir membuat satu kelas sontak tertawa.

“Kalau gitu kita ke rumah sakit yuk? Aku takutnya otak kamu malah pindah ke telapak kaki,” ujar Leo.

“Bego ih Le,” sahut Resha masih tertawa.

“Ayo sayang!” Leo menyeret tangan Arza untuk keluar dari kelas. Arza menurut saja ketika ditarik oleh Leo. Tepat saat mereka berada di depan pintu Arza langsung menendang bokong Leo sampai membuat Leo jatuh tersungkur di depan kelas.

ARayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang