Ara dan Raya.
Ini menceritakan tentang seorang gadis yang memiliki dua kepribadian berbeda dalam satu tubuh. Sifat kepribadian lainnya bertolak belakang dengan sifat aslinya. Di satu sisi ia baik, di sisi lain ia jahat.
Di saat kepribadian aslinya i...
Kayanya cerita ini gak sampe 60 part deh, kayanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
30. Kamu Mau Jadi Pacarku?
Sinar matahari perlahan masuk ke dalam sebuah kamar. Ara merapikan rambutnya lalu mengikat tali sepatu. Cewek itu berdiri untuk melihat pantulan dirinya dari cermin. Ia meraih tas dan bergegas keluar dari kamar. Di pertengahan tangga senyum cewek itu terbit ketika mendapati Iqbal yang sedang duduk di sofa menunggunya.
“Pagi Iqbal!” sapa Ara riang. Ia berjalan menuju meja makan lalu meraih kotak bekalnya. Kalau pagi-pagi Ara jarang sarapan. Palingan cuma minum susu doang.
Iqbal membalas sapaan Ara dengan senyuman tipis.
“Aku ke sekolah dulu.” Ara berpamitan sambil menyalami tangan Ryan dan Fela secara bergantian. Tak lupa juga ia memasang wajah mengejek pada Zein.
“Sana-sana pergi jauh-jauh,” ujar Zein mengibaskan tangannya dengan wajah sebal.
Iqbal berjalan mendekat lalu ikut menyalami tangan Ryan dan Fela. Setelah mengucapkan salam, Ara menarik tangan Iqbal keluar dari rumah dengan semangat. Membuat Ryan dan Fela terkekeh geli karenanya.
“Anak kamu udah besar Kak,” gumam Fela lirih.
*****
Motor besar Iqbal masuk gerbang sekolah. Cowok itu memarkirkan motornya di tempat parkiran seperti biasa. Ara bergegas turun dari motor lalu membuka helm dan menyerahkannya pada Iqbal. Ara melirik Iqbal yang kini hendak melepas jaket yang sedang cowok itu pakai. Alhasil Ara berinisiatif untuk mengambil alih tas Iqbal agar cowok itu mudah membuka jaketnya.
Iqbal menoleh dengan wajah datar membuat Ara menyengir.
“Tas kamu berat. Bawa kamera ya?” tanya Ara pada Iqbal.
Iqbal hanya bergumam sebagai jawaban iya.
Ara manggut-manggut. “Pantes,” ujarnya. Cewek itu paham betul bagaimana Iqbal. Setiap harinya Iqbal hanya membawa satu buku saja ke sekolah karena kebanyakan buku cowok itu ditaruhnya di loker. Kalau kata Iqbal sih biar enggak ribet.
Ara dan Iqbal berjalan menyusuri koridor yang tampak ramai. Sesekali mereka menyalimi guru-guru yang berpapasan. Ara lirik-lirik ke arah Iqbal yang kini sedang menatap ke depan. Diam-diam Ara tersenyum kecil. Masih tidak menyangka jika ia bisa dekat dengan cowok setampan Iqbal, meskipun Iqbal itu anaknya cuek dan irit bicara. Tapi bagaimanapun Iqbal, Ara tetap suka valid no debat.
Karena menurut Ara, Iqbal adalah laki-laki pendiam kebanggaannya.
“WEH HEH ADA PENGANTEN BARU!” seru Leo ketika Ara dan Iqbal masuk ke dalam kelas. Suara cowok itu sangat nyaring sampai membuat anak-anak kelas terperanjat. Bahkan Arza sampai refleks nge–woah saking kagetnya.