38. Perkara Kuaci & Uang Kas
Cuaca pagi ini terlihat tampak cerah. Matahari mulai menampakkan sinar dengan langit berwarna biru dan burung yang saling berkicau. Fela sedang berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan. Sesaat kemudian ia tersentak kaget ketika mendapati Karin yang sudah berdiri di sebelahnya sambil menyengir.
“Pagi Ma,” sapa Karin riang.
“Pagi juga anak Mama,” balas Fela.
Karin terkekeh, lalu sedikit menunduk agar sejajar dengan perut Fela. “Pagi dedek,” kata Karin sambil mengusap perut Fela.
Sedikit informasi, wanita cantik itu dinyatakan positif hamil setelah mengeceknya ke bidan. Test pack yang waktu itu dibeli oleh Ara menunjukkan dua garis yang berarti positif, tapi karena Fela masih belum puas alhasil ia mengeceknya ke bidan. Dan benar saja, ternyata wanita yang belum memasuki umur 30 tahun itu sedang mengandung. Bahkan usia kandungan Fela sekarang sudah memasuki bulan ke lima.
“Kalau kata aku sih, Ma. Dedeknya ini cewek,” ujar Karin menerawang membuat Fela tertawa pelan.
“Mana ada.” Zein tiba-tiba muncul. Cowok keturunan Arab itu bersandar di pintu kulkas. “Cowok itu pasti,” ujarnya.
Karin mencuatkan bibirnya kesal. “Apa sih, Bang? Dedeknya cewek tau. Bukan cowok,” balas Karin tak mau kalah.
“Lah mana saya tau. Saya kan bukan bidan,” ujar Zein. Cowok itu membuka pintu kulkas.
“Masih pagi ih, Bang. Jangan minum air es dulu, kebiasaan banget.” Fela menegur membuat Zein cengengesan lalu menutup lagi pintu kulkas.
“Kira-kira Kak Ara udah sadar belum ya?” ujar Karin membuat Fela dan Zein sontak menoleh.
“Kalau gitu Mama periksa dulu.”
“Hati-hati Ma. Entar di–smackdown sama Raya bisa berabe,” ujar Zein menghadirkan tawa geli dari Fela dan Karin.
Fela beranjak dari dapur kemudian melangkahkan kakinya di kamar Ara. Setelah sampai di depan kamar anaknya, Fela langsung mengetuk pintu bercat putih itu. Ia berharap bahwa Ara sudah sadar dan tubuh gadis itu tidak lagi dikendalikan oleh alter ego. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka, menampakkan sosok gadis berwajah datar dengan seragam yang agak ketat.
Fela meringis pelan, ternyata ini masih Raya. “Raya hari ini libur dulu ya? Tadi udah Mama izinin ke wali kelas,” ujar Fela.
“Gue mau sekolah. Kok malah gitu?” Raya mengernyit bingung, merasa heran dengan Fela. Orang mau sekolah kok malah dilarang.
“Hari ini kamu temenin Mama ke salon ya? Nanti Mama beliin apa yang kamu mau. Tapi hari ini libur dulu. Mau ya?” ujar Fela membujuk. Harap-harap bahwa Raya akan luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARaya
Teen FictionAra dan Raya. Ini menceritakan tentang seorang gadis yang memiliki dua kepribadian berbeda dalam satu tubuh. Sifat kepribadian lainnya bertolak belakang dengan sifat aslinya. Di satu sisi ia baik, di sisi lain ia jahat. Di saat kepribadian aslinya i...