36. Merindu

563 63 5
                                    

Sorry ya kemarin absen, wkw.

Sorry ya kemarin absen, wkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

36. Merindu








“Ara!”

Satu ruangan tersentak. Menoleh ke arah pintu yang kembali terbuka, menampakkan sosok cowok keturunan Arab yang menghampiri Ara dengan wajah khawatir. Ara melotot kaget menatapnya sedangkan Cleo, Leo, Arza dan Dipta seketika melongo.

“Lo kenapa? Mana yang sakit?” tanya Zein sambil memegang bahu Ara.

Ara mendelik kecil lalu melirik ke arah Cleo yang kini sedang membeku dengan mulut terbuka. Hampir saja tangannya teriris pisau jika Dipta tidak segera menahannya. Zein yang kebingungan langsung menoleh ke kanan. Agak terperanjat ketika mendapati teman-teman Ara yang juga berada di ruangan. Cowok berbadan tegap keturunan Arab itu berdeham pelan lalu kembali bersikap cool seperti biasanya.

“Lo gak pa-pa?” tanya Zein dengan nada suara yang sudah berubah.

“Gue gak pa-pa,” jawab Ara.

Zein beralih menatap Dipta. “Kenapa Ara bisa pingsan?” tanyanya.

“Keracunan makanan,” ujar Dipta.

“Gimana bisa?” tanya Zein lagi pada Dipta.

“Kalau kata gue nih ya, ada yang sengaja taruh obat bius buat Ara. Yakin gue. Soalnya Ara pingsan karena keracunan. Dokter bilang obatnya itu chloroform,” sahut Arza dan langsung mendapat anggukan setuju dari Leo.

Ara melotot kecil pada Leo dan Arza. “Curiga mulu kalian mah,” ujar Ara.

Di sisi lain Cleo masih melongo. Menatap Zein dari samping dengan wajah cengo. Membuat Dipta di sebelah Cleo langsung menyadarkan cewek itu dengan cara memegang bahu Cleo. Sumpah demi apa pun, baru kali ini Cleo melihat wajah khawatir Zein. Soalnya kalau di sekolah, Zein termasuk cowok cuek yang jarang senyum. Sering masukin sebelah tangan ke dalam saku celana. Gayanya terlihat sangat cool.

“Gue agak kaget soalnya kalian keliatan akrab,” ujar Cleo tertawa garing.

Zein menoleh pada Cleo. “Ara itu adik gue,” katanya.

“HAH?!” Cleo, Leo dan Arza melotot tak santai. Ara yang mendengar itu menghela napas berat, susah-susah ia merahasiakannya tapi malah dibongkar oleh Zein. Sedangkan Dipta masih berdiri dengan wajah kalem, ia agak terkejut namun wajahnya tetap santai.

Bego, Zein bego. Kita itu sepupu bodoh bukan adik kakak. Ara menggerutu dalam hati. Meskipun Zein sudah menganggap Ara seperti adik sendiri seharusnya ia berkata bahwa mereka adalah sepupu, bukan saudara.

“Wah tega banget lo, Ra. Pake gak kasih tau kita segala kalau lo sama Zein itu saudara. Parah banget,” ujar Cleo mengomeli. Ia benar-benar kaget dengan kenyataan bahwa Ara dan Zein memiliki ikatan keluarga. Padahal mereka hampir berteman dekat selama dua tahun, tapi Cleo sama sekali tidak mengetahui bahwa Ara memiliki kakak yaitu Zein.

ARayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang