15. Masa Lalu

682 71 5
                                    

Setelah baca part ini aku yakin pasti kalian tau kenapa Ara begini dan sejak kapan Ara split.

Setelah baca part ini aku yakin pasti kalian tau kenapa Ara begini dan sejak kapan Ara split

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15. Masa Lalu













Malam ini adalah malam yang indah. Di luar, terdapat taburan banyak bintang di langit. Bulan purnama bersinar membuat malam ini lebih terang daripada biasanya. Di sebuah rumah bernuansa Eropa terdapat satu keluarga besar yang terkenal harmonis. Tapi siapa sangka di balik ke harmonisan keluarga tersebut terdapat raungan kesakitan seorang anak perempuan.

Awalnya malam itu sunyi. Sangat sunyi karena jam telah menunjukkan waktu tidur. Semua pelayan dan penjaga rumah sudah memasuki kamar masing-masing karena ingin beristirahat. Saat hendak menutup mata tiba-tiba saja mereka terperanjat karena mendengar teriakan nyaring di malam yang sepi itu. Mereka yang tadinya ingin tidur langsung mengurungkan niat karena mendengar suara memilukan dari sebuah ruangan.

Fina berjalan dengan cepat. Jantungnya berdegup kencang dengan napas yang memburu. Matanya memerah karena mendengar suara teriakan itu semakin kencang. Fina tersentak karena tiba-tiba pembantu di rumah mereka berdiri menghadapnya.

“Non Ara kenapa, Bu?” tanya Emih yang merupakan asisten keluarga Fina.

Fina menggeleng pelan. “Tolong telpon Fela, Bi. Suruh dia ke sini,” ujar Fina.

“Baik Bu. Saya telpon sekarang,”  ujar Bi Emih. Perempuan itu langsung beranjak menuju ruang tengah untuk menelpon adik dari Fina.

“BUNDA!!!”

Fina terperanjat. Ia lupa bahwa anaknya sedang menangis kesakitan. Wanita itu berlari menuju ruangan tersebut. Hatinya merasa sakit ketika mendengar suara jeritan anak semata wayangnya. Fina sampai di ruangan dengan pintu cat putih. Tanpa ba-bi-bu ia memutar knop pintu.

Mata Fina melebar ketika mendapati Ara yang masih berumur 5 tahun tergeletak lemah di lantai. Tubuh gadis kecil itu penuh memar. Di bajunya juga terdapat bercak darah. Ara menangis kejar. Fina beralih menatap suaminya yang kini sedang memegang sebuah rotan. Tak ada rasa penyesalan sama sekali di dalam diri pria itu.

“Gila kamu, Mas! Yang kamu siksa itu Ara! Anak kita! Darah daging kamu!” sentak Fina dengan suara bergetar.

Farhan tak peduli. Ia terus melayangkan pukulan dengan rotan itu pada tubuh mungil Ara. Ia mukul Ara berulang kali seperti manusia tak berperasaan. Bahkan suara tangis kencang Ara tak dipedulikan olehnya. Fina yang melihat itu langsung menangis kejar. Fina menarik tangan Farhan lalu mendorongnya agar menjauh dari Ara. Wanita itu langsung merengkuh putrinya ke dalam dekapan.

“Bunda di sini. Jangan takut,” ujar Fina.

“Bunda,” lirih Ara. Gadis kecil itu mengerjap pelan. Ia merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya. Sudah berulang kali Ara di siksa seperti ini oleh Ayahnya.

ARayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang