Bertemu lagi di Sabtu malam. Gak ada malem Minggu malem Mingguan, wkw.
29. SEBASTIAN : Sebatas Teman Tanpa Kepastian
“Ngakunya cuma temen, tapi nyatanya demen.” — Sandrana Aisyah“Kemarin gue bilang suka sama Ara,” ujar Iqbal dengan wajah datarnya. Cowok itu mengucapkan kalimat tersebut tanpa beban. Ia tidak tau jika reaksi Leo dan Arza hebohnya bukan main. Leo dan Arza membeku dengan mulut terbuka. Tak lama kemudian kedua cowok itu berteriak histeris sambil menggebrak-gebrak meja seperti banci alun-alun. Untung saja keadaan kelas tidak terlalu ramai sekarang. Hanya ada anak laki-laki. Entah kemana para perempuan. Yang jelas Ara, Cleo, Resha dan Zara sudah nemplok di UKS untuk rebahan.
“Lo kalau mau ngagetin kira-kira dong, Bal. Ginjal gue sampai jedag-jedug ini serius,” ujar Leo sambil memegangi dadanya. Organ-organ dalam tubuh Leo memang sudah berpindah semuanya. Bahkan anak-anak kelas sampai ragu kalau Leo ini adalah manusia tulen.
“Kesambet apa lo, Bal? Semalem lo salah makan? Lo sehat kan? Lagi gak tidur kan? Atau lo lagi di alam mimpi? Oh atau alam baka?” tanya Arza beruntun saking shock-nya.
“Di mana lo bilang suka sama Ara? Ceritain anjir geregetan gue,” ujar Leo. Cowok itu mendekatkan kursinya pada Iqbal.
“Waktu di perpus kemarin,” jawab Iqbal singkat.
“DEMI APA?!” seru Arza semakin heboh.
“Demi Dipta kayang tiga ratus enam puluh lima hari?!” ujar Leo tak kalah heboh.
“Capek dong gue kalau kayang sampe tiga ratus enam puluh lima hari,” sahut Dipta dengan wajah polos tak berdosa.
Leo dan Arza mepet-mepet ke Iqbal. Kedua manusia itu heboh sekali seperti menang giveaway. Padahal Iqbal menyatakan cinta kepada Ara, tapi yang deg-degan malah Leo dan Arza. Sebagai cowok yang ahli dalam bidang cinta dan mensejahterakan wanita, Leo dan Arza ingin berbagi ilmu dengan Iqbal yang belum berpengalaman.
“Terus kalian gimana? Anjir makin gemes gue,” ujar Leo.
Iqbal menoleh sekilas pada Leo. “Ya gitu,” jawabnya.
“Lo cuma bilang suka sama Ara?” tanya Dipta pada Iqbal.
Iqbal mengangguk singkat dengan wajah datarnya.
“Lah? Gitu doang? Kenapa gak langsung aja sih. Tanggung banget setengah-setengah,” ujar Leo. Cowok itu membenarkan posisi duduknya.
“Langsung apa?” tanya Iqbal.
“Sa elah, Bal. Masa iya harus gue ajarin dulu?” ujar Leo. “Kalau gitu lo ikut les di gue aja dah. Satu jam lima ratus rebu, dua jam empat ratus rebu kalau tiga jam tiga ratus rebu diskon tutorial,” kata Leo lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARaya
Підліткова літератураAra dan Raya. Ini menceritakan tentang seorang gadis yang memiliki dua kepribadian berbeda dalam satu tubuh. Sifat kepribadian lainnya bertolak belakang dengan sifat aslinya. Di satu sisi ia baik, di sisi lain ia jahat. Di saat kepribadian aslinya i...