45. 180°

579 71 11
                                    

Siap ngehujat Dinda?

Eh sekarang itu udah MIPA sama IIS ya bukan IPA IPS lagi, lupa aku HAHA.

Tapi udahlah gak pa-pa, dari awal udah terlanjur IPA IPS.

Tapi udahlah gak pa-pa, dari awal udah terlanjur IPA IPS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

45. 180°

"Cara pergi yang paling menyakitkan adalah diam, lalu menjauh tanpa adanya kejelasan." - Sandrana Aisyah.











Ara menyalami tangan Fela dan Ryan karena Iqbal sudah menunggunya di depan gerbang. Sebenarnya Ara bingung mengapa Iqbal tidak masuk ke dalam. Hari ini Iqbal membawa mobil, tidak membawa motor seperti biasanya. Membuat Ara yang sudah bingung, kini semakin bingung.

"Pagi Iqbal!" sapa Ara riang ketika keluar dari gerbang rumah.

Iqbal yang sedang bersandar di mobil hanya melirik sekilas lalu mengangguk singkat. Hal itu membuat Ara seketika memudarkan senyum. Entah hanya perasaan Ara atau memang benar, Iqbal hari ini agak sedikit berbeda. Cowok itu terlihat lebih dingin dari biasanya.

Namun Ara tak ambil pusing, cewek itu membuka pintu mobil karena Iqbal sudah masuk ke dalam mobil. Saat hendak masuk tiba-tiba saja Ara tertegun ketika melihat Dinda yang sedang duduk di sebelah Iqbal. Cewek blasteran Belanda itu menatap Ara sambil tersenyum.

"Hai, Ra. Apa kabar?" tanya Dinda basa-basi.

Ara tak menghiraukan Dinda. Cewek pendek itu beralih menatap Iqbal seolah meminta penjelasan. "Ini gimana maksudnya?" tanya Ara.

"Apanya yang gimana? Kamu udah liat sendiri. Hari ini Dinda pergi ke sekolah sama kita," jawab Iqbal santai.

Wah, luar biasa. Ara tertawa tak habis pikir. Pagi yang sedikit dingin ini tiba-tiba berubah menjadi panas bagi Ara.

"Kenapa diem aja, Ra? Ayo masuk. Nanti kita telat," ujar Dinda.

Ara melirik sekilas pada Dinda. Karena mood-nya sudah hancur jadi Ara tidak mau berdebat. Ia menutup pintu mobil dengan kasar lalu membuka pintu tengah. Ara duduk di belakang Dinda.

Sumpah ya, Ara sebel banget. Yang pacar Iqbal siapa tapi yang duduk di sebelah Iqbal siapa. Kalau begini, Ara berasa jadi penumpang di antara pasangan baru.

Iqbal melirik ke arah Ara melalui kaca. Semakin tidak tega karena bertingkah seperti ini kepada Ara. Tapi mau gimana lagi? Iqbal tidak akan membiarkan jika semua usaha Ara hancur begitu saja.

Karena Iqbal paling benci ketika menjadi tidak berguna untuk Ara.




*****




Ara menatap tajam pada Dinda yang kini sedang berjalan mendahuluinya bersama Iqbal. Hal itu sontak menarik perhatian murid-murid yang berada di koridor karena ini pertama kalinya Iqbal berjalan bersebelahan dengan seorang cewek selain Ara.

ARayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang