7. Maaf

856 86 28
                                    

Update sesuai janji

Update sesuai janji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

7. Maaf












Awan yang tadinya gelap kini mulai terang. Matahari yang tadinya bersembunyi kini mulai menampakkan diri. Jam menunjukkan pukul setengah 6 tapi apartemen Resha sudah tampak berisik karena Ara dan Cleo mengomeli Leo dan Arza. Tadi subuh Ara juga sudah mengomeli Iqbal. Tapi tidak lama, hanya sebentar. Soalnya Ara masih gugup mengingat kejadian semalam. Cewek pendek itu juga tidak tau Iqbal ingat tentang semalam atau tidak.

"Sekali lagi lo naik-naik ke atas meja bar gue tenggelamin lo di rawa-rawa!" ancam Cleo dengan wajah galaknya. Kedua cewek itu masih mengomel. Sedangkan yang diomel duduk di hadapan mereka dengan wajah ditekuk.

"Iya enggak lagi," ujar Arza.

"Iya-iya bae!" sahut Ara tak kalah galak. "Lain kali gak usah lagi main ke bar. Katanya mau mabar tapi malah nyangkut di sana. Gedek!" ujar Ara.

"Lah kan kita bener. Mabar itu mabuk bareng," ujar Leo membantah.

"Ngejawab lo ngejawab! Siapa yang nyuruh jawab? Hah? Siapa?" tanya Cleo.

"Gue timpuk entar mulut lo!" ujar Ara.

"Timpuk aku, Kak. Timpuk!" seru Leo dengan suara toa.

Terkabul. Baru saja Ara melempar buku cetak dengan tebal 326 halaman tepat di bibir Leo. Leo meringis kesakitan. Sedangkan Arza dan Cleo tertawa keras. Resha terkekeh geli sambil menggelengkan kepala heran. Sedangkan Iqbal, Zara dan Dipta tampak tak peduli. Mereka bertiga sudah terbiasa dengan tingkah para sahabat tengilnya.

"Ngomong lagi! Ngomong! Ngomong timpuk lagi! Gue timpuk lagi nih!" ancam Ara tidak main-main.

Leo mencuatkan bibirnya. "Sakit banget Ra, serius. Berasa disengat lebah bibir gue," ujar Leo membuat Arza dan Cleo semakin tertawa.

"Timpuk aku, Kak! Timpuk!" ujar Arza meniru ucapan Leo.

Cleo masih tertawa lalu meraih buku tulis di meja. "Gedubrak!" ujarnya sambil menimpuk bibir Arza menggunakan buku. Cewek itu tertawa keras.

Ara ikut tertawa. Tak sengaja pandangannya jatuh pada Iqbal. Ralat, lebih tepatnya pada bibir Iqbal. Bibir itu yang semalam telah mengambil first kiss Ara. Cewek pendek itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

Sedangkan Iqbal hanya menatap Ara heran. Cowok itu seperti merasa sudah terjadi sesuatu semalam. Tapi apa? Iqbal terlalu malas untuk mengingat hal ketika mabuk. Namun ia sangat penasaran.

ARayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang