8┆HE COME

10.5K 1.5K 282
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.

(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Chap 8 •
__________

Bagaikan menyetrika baju, bergerak ke kanan mengikuti alur yang diperintah dari sang pemilik tangan. Dan itu terjadi pada pria dewasa berdarah korea yang kini melangkah ke kanan dan ke kiri dengan perasaan gelisah juga khawatir menyelimuti, namun bedanya ia bergerak sesuai keinginan otaknya sendiri, bukan atas perintah siapapun.

Langkahnya terhenti dikala pintu dari salah satu ruangan bagian bangunan besar yang sering disebut rumah sakit itu terbuka perlahan memuntahkan pria bertubuh jakung dengan jas putih sepanjang pahanya.

“Bagaimana dokter?” tanya pria yang kini mengulum bibir bawahnya kepada pria berjas putih di depannya yang ia panggil “dokter”.

Dokter menjelaskan jika pasien (Renjun) fisiknya terlalu lelah bekerja. Ditambah pikirannya yang terlalu banyak memikirkan sesuatu yang berbobot. Menjadikan kesehatannya terganggu dan itu didukung oleh pasien (Renjun) yang melewatkan jam makannya. Setelah itu dokter pamit meninggalkan Na Jaemin sendirian mematung di depan pintu kamar milik sekretarisnya.

Tangan menggantungnya terulur ke arah daun pintu. Ia menghembuskan nafas pelan sebelum masuk ke dalam. Langsung disuguhkan sekretarisnya yang kini terbaring lemah di atas di kasur. Dengan perasaan ragu, Jaemin berjalan mendekat. Menarik kursi pelan untuk ia duduki.

Suasana ruangan lengang. Hanya terdengar deru nafas teratur dari Renjun. Sedangkan Jaemin menahan nafas dengan tangan besarnya yang terulur, perlahan tapi pasti, jemari Jaemin menyentuh tangan tak berdaya milik Renjun. Dan kini jemari keduanya saling terkait.

Tangan kanan Jaemin yang menganggur ia gunakan untuk mendekap tangan mungil Renjun yang masih terkait dengan jemari tangan kiri Jaemin. Jemari tangan kanan Jaemin mulai bergerak, mengusap pelan punggung Renjun.

“Maaf...,” lirih Jaemin dengan menatap wajah pucat Renjun.

Hanya satu kata, namun mampu membuat Jaemin merasakan sesak pada dada kirinya. Seperti diremat oleh tangan tak kasat mata. Jaemin mengelus surai milik Renjun.

Di jam-jam berikutnya Jaemin tak kembali bersuara. Hanya suara deru nafas mereka yang saling sahut menyahut. Berakhir Jaemin yang tertidur sampai jam dinding menunjukkan pukul delapan. Sinar terik matahari kini sudah tergantikan dengan sinar rembulan yang mengintip dari celah korden kamar.

Karena tertidur dengan posisi duduk dengan kepalanya yang berbarik di sisi ranjang mengakibatkan persendiannya terasa mati rasa. Jaemin menggerakkan tubuhnya, melakukan perenggangan pada lehernya sampai terdengar bunyi “krek”. Tubuhnya terasa lebih baik dari pada tadi. Jaemin mengusap kelopak matanya yang masih menutup. Lalu menyesuaikan pandangannya pada cahaya lampu.

Terdengar bunyi nyaring dari perutnya, ia meringis pelan sebab tertidur sampai malam melewatkan jam makan siang. Jadi Jaemin memutuskan keluar kamar untuk mencari makan. Meninggalkan Renjun yang belum memperlihatkan tanda-tanda bangun dari pingsannya.

Jika dilihat dari sudut pandang Jaemin memang Renjun belum memunculkan tanda-tanda sadar dari pingsannya. Tentu saja karena sekretarisnya, Huang Renjun sebenarnya sudah bangun terlebih dahulu sebelum Jaemin. Renjun awalnya tak tahu ia dimana, tapi melihat sekitarnya langsung ia tahu jika sedang berada di rumah sakit.

Bad Sub [JaemRen]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang