38┆FEELING

2.1K 299 56
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis (◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Catatan :

Baca seluruhnya, jangan diskip-skip. Banyak hal penting di sini.

.
.
.

Chap 38 •
___________

Ruangan gelap gulita dihiasi suara tetesan air dari atap yang basah akibat rembesan hujan menggelegar di luar sana, badai angin semakin membuat keributan. Jika saja bukan karena rombongan tetesan air itu, suara deru nafas dan degup jantung seseorang yang tengah tak sadarkan diri itu dapat terdengar begitu jelas. Bagaikan berada dalam ruangan kedap suara. Siapapun yang berada di dalamnya akan ingin segera keluar saja, menjadikannya sebagai mimpi buruk yang harus dilupakan.

“Uh.” Orang tersebut menggelengkan kepala pelan yang terasa pusing. Pandangannya tertutup kain hitam yang terikat melingkari kepalanya. Telinganya serasa akan pecah saat suara petir besar mencetar. Tangannya ingin menutupipun tidak bisa. Rasa takutnya semakin menjadi saat mendengar suara kayu diseret. Mungkin lebih dari lima jam dia tak sadarkan diri.

Srak.

“S-Siapa?” ucapannya terbata karena bibirnya yang menggigil. Dia hanya mengenakan kaos selapis, tidak bisa mencegahnya dari kedinginan.

Siur angin terasa menusuk kulit, sepertinya suara seretan kayu itu adalah penghubung dengan dunia di luar sana. Derap langkah yang semakin mendekat terdengar nyaring di ruangan besar yang hanya dilengkapi satu ventilasi kecil.

Glup.

Orang yang terikat dikursi kayu lusuh meneguk ludah kasar. Langkah tadi berhenti tepat di depan tubuhnya. Nafasnya terasa kembas kempis karena adrenalinnya terhadap sosok asing yang diduga tengah berdiri tepat di depannya.

“Akh.” Rahangnya dicengkeram kuat. Membuat giginya terasa ngilu. “Sakit.” Ingin menepispun percuma, tangannya terikat kuat dengan tali tambang.

“Benar ‘kah?”

Yang disekap menajamkan telinganya. Suara lawan bicaranya terasa begitu familiar sekali. Tapi siapa. Pikirannya tiba-tiba kacau.

“Tidak salah kalau dia begitu mengagumimu ya Huang.” Dirinya merinding sebab orang asing itu mengetahui marganya.

Pipinya diusap pelan. Menikmati telapak tangannya yang menyentuh kulit sehalus sutra di depannya. “Waw, untuk seorang pria kau begitu terawat.” Mungkin itu adalah kalimat pujian, namun rasanya begitu mencengkam.

Plak!

Kulitnya langsung terasa perih dan panas, tamparannya tak main-main.

“Namun bagaimana kalau wajah paripurnamu itu dilukis dengan cairan merah?”

Krek.

“Jangan.”

“Haha, wajah takutmu membuatku terhibur. Tapi cutter-ku akan tetap beraksi.” Orang asing itu terkekeh. Tangannya sudah mendorong benda tajam itu keluar.

“Renjun, kau jangan terlihat lemah seperti itu.” Tangannya kembali mencengkeram rahang sekapannya. Terlihat tak berdaya. “Aku lebih suka kau yang sok akrab disaat kau tahu jika aku pernah menjadi orang ketigamu.”

“Siapa kau? Kenapa mengetahui namaku.” Renjun berusaha melepaskan cengkraman. Tapi kalimat terkahir orang itu membuat otaknya semakin terputar-putar, rasanya ingin muntah.

“Haha, begitu penasarannya ya? Hmm, sampai sini tidak mungkin kau tidak mengenalku.” Orang asing itu berbisik tepat ditelinga Renjun. Membuat bulu kuduknya spontan berdiri.

Bad Sub [JaemRen]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang