Sudah hampir empat hari sejak sakitnya Beni, Dea dan orang tuanya semakin dekat. Baik Beni maupun Sarah sudah bertekad untuk mengurangi waktu kerja mereka hanya untuk Dea. Seperti sekarang jika biasanya hari libur Beni dan Sarah pergi ke luar kota sekarang mereka sedang berada di ruang keluarga dengan Dea yang sedang tiduran di paha Beni, gadis itu juga menjadikan paha Sam untuk tumpuan kakinya.
Mereka hanya menikmati waktu sore mereka untuk menonton TV, lebih tepatnya hanya Beni dan Sarah yang menonton TV sedangkan Dea ia memainkan hp Sam dan Sam asik memandangi wajah bahagia gadisnya.
"Dasar paparazi." Cibir Dea saat melihat banyaknya foto dirinya yang di ambil secara diam diam.
Sam hanya terkekeh, tangannya juga tanpa sadar memijit kaki Dea.
"Apa sayang?"tanya Beni dengan tetap mengelus rambut Dea lembut.
"Masa banyak banget fotonya Dea, ada yang lagi tidur juga mana mukanya jelek banget lagi. Kalo mau minta foto tuh bilang Om Sam."
Beni dan Sarah terkekeh mendengar aduan Dea.
"Kok Om sih de?"
Dea bangun dari posisi tidurnya dan menyandarkan kepalanya di dada Beni.
"Ya kan emang udah Om Om mah."
Sam mendengus mendengar jawaban Dea, pasti seperti ini.
"Coba panggil sayang."
"Kita jalan jalan dulu baru deh Dea panggil sayang."
Sam mengangguk mengiyakan, Dea bertepuk tangan girang dan bangkit, setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya gadis itu langsung mengapit lengan Sam manja.
"Kita mau kemana?" Tanya Sam saat keduanya sudah sampai di garasi rumah Dea.
"Emm Dea pingin kebab sama pizza boleh?"
Sam menggeleng, Dea sudah menduga Sam tidak akan pernah mengijinkan Dea memakan junk food.
"Dea pingin banget Om."
Sam mengeluarkan smirk nya, ide licik tiba tiba muncul di otaknya.
"Oke, satu junkfood satu ciuman."
Dea berjinjit dan mencium pipi Sam membuat Sam menahan pinggang Dea.
"Sayang, aku ingin ciuman bukan kecupan."
Dea mencoba melepaskan tangan Sam di pinggangnya tapi malah Sam memutar tubuh Dea hingga Dea membentur samping mobil dengan Sam yang mengungkung nya.
Tiba tiba saja Dea merasa gugup saat berada di posisi seperti ini, apalagi kening keduanya sudah menyatu membuat Dea bisa merasakan napas hangat Samuel.
Dea memejamkan matanya saat merasakan benda kenyal dan lembut namun basah menyentuh bibirnya. Tangan Sam menuntun tangan Dea agar mengalung di lehernya, Dea pasrah saja memberontak pun rasanya sia sia jika sudah seperti ini. Bibir Sam tidak hanya diam, ia terus memangut bibir Dea lembut seperti biasa membuat Dea terbuai dan ikut hanyut dalam permainan Sam. Keduanya sama sekali tidak memperdulikan sekitar.
Hingga pukulan kecil di dada Sam menghentikan permainan keduanya. Sam melepas ciumannya tapi ia masih menempelkan keningnya pada kening Dea, ia tersenyum melihat Dea yang terengah-engah karena kehabisan nafas.
"Manis sekali bibirmu, rasanya sekali saja kurang untukku Al." Bisik Sam membuat Dea meremang.
"Walaupun Om Sam bukan first kiss Dea, tapi Om Sam yang terbaik."
Sam terkekeh mendengar ucapan Dea. "Sejak kapan kamu bisa bicara seperti itu."
Dea mengangkat bahunya acuh dan masuk ke mobil Sam meninggalkan Sam yang sedang tersenyum mengingat ciuman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fanfiction"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...