40. What's Wrong with Aldea?

17.8K 1.1K 11
                                    

Sudah hampir seminggu sejak kejadian dimana Dea menghentikan Sam keduanya tampak belum baikan, lebih tepatnya Dea yang sedikit menjauh dari Sam, saat Sam bangun tidur Dea pasti sudah berangkat ke sekolah di antar Erick atau berangkat bersama Devan dan saat jam pulang sekolah Dea juga pulang lebih awal. Samuel? Tentu saja pria itu merasa sedikit aneh dengan perubahan sikap Dea namun setiap kali Sam bertanya jawaban Dea tetap sama.

"Dea gapapa, perasaan Om aja kali." Dea mengatakan kalimat itu dengan senyum tipis, tidak seperti biasanya.

Saat Sam bertanya dengan Erick, pria itu malah membuat Sam semakin pusing dengan jawaban yang seolah teka teki untuk Sam sendiri.

"Mungkin tuan salah bicara, atau ada kata kata tuan yang menyinggung perasaan nona hingga membuat nona sakit hati mungkin." Begitulah jawaban Erick.

Jalan satu satunya adalah bertanya pada sahabat sekaligus sepupu Dea, siapa lagi jika bukan Devan meski Sam tidak yakin jika Devan akan memberitahu sebab Dea menjauh darinya.

Sam mengangguk mantap, yah ia harus bertanya langsung pada Devan, Sam tidak bisa seperti ini terus, Sam rindu pelukan Dea walaupun setiap malam Sam selalu tidur bersama Dea tapi tetap saja Dea tidak membalas pelukannya.

Sam memutuskan untuk pulang lebih awal dari biasanya, Sam berfikir jika ia akan bertemu Dea dan mencoba bertanya lagi walaupun Sam tau jawabannya akan tetap sama seperti yang sudah sudah.

Saat di perjalanan Sam tidak sengaja melihat seorang anak kecil sedang memakan es krim, Sam jadi berfikir mungkin membawakan Dea satu atau dua cup es krim tidak masalah, toh Dea juga sekarang sudah jarang memakan makanan dingin itu.

Setelah mendapat apa yang Sam inginkan pria itu langsung bergegas pulang ia tidak sabar menemui gadisnya.

Saat Sam ingin membuka pintu telinganya samar samar mendengar suara isak tangis seseorang yang Sam yakini itu suara Dea, Sam membuka sedikit pintunya agar ia lebih leluasa mendengar apa yang sebenarnya terjadi. Di sana Sam melihat Dea sedang dalam pelukan Devan dan Lia yang terus mengusap punggung Dea, mereka bahkan masih menggunakan seragam sekolah.

"Udah de, lu dari tadi nangis mulu ngga kasian apa lu sama mata lu?"

"De?"

Devan melepas pelukannya dan menggenggam kedua tangan Dea. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Dea, mencium kedua kelopak mata Dea yang basah akibat air mata.

"Ngga tau kenapa rasanya sakit banget Dev kalo inget kata kata Om Sam yang seolah gue bukan siapa siapa yang penting buat dia."

Devan menghela nafas panjang ia menarik Dea kepelukannya.

"Ya udah sekarang lu maunya gimana? Kalo lu terus diem sama bang Sam, sama aja lu lari dari masalah."

"Gue cuma nurutin kemauan dia aja yang ngga mau gue ganggu."

Sam mengerutkan keningnya mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan sehingga Dea bisa berkata seperti itu, seperti kepingan puzzle satu persatu kejadian seminggu yang lalu mulai Sam ingat dimana dia marah pada bawahannya dan Dea datang menghentikannya lalu menciumnya, Sam mencoba mengingat kembali kejadian setelah itu.

"Aku sadar, dan aku ingatkan padamu Aldea. Jangan pernah mencampuri urusanku seperti tadi."

"Dea tunangan Om, Dea berhak ikut campur masalah Om."

"Jangan hanya karena status itu kamu menjadi seolah kamulah yang memegang kendali atas hidupku, berhenti mencampuri urusanku!"

"Maafin Dea."

Sam merutuki mulutnya sendiri yang sama sekali tidak terkontrol saat ia sedang marah. Sam sedikit menyesal karena dulu ia tidak mematuhi ucapan ibunya untuk belajar mengontrol emosi. Seharusnya ia tidak berkata begitu pada Dea. Sam menghela nafas panjang lagi lagi ia menyakiti Dea lewat ucapannya.

 Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang