Pagi ini Dea mengerjakan soal ujiannya dengan perasaan campur aduk, bukan, bukan takut tapi Dea kesal karena tadi pagi Sam sempat mengejek Dea yang sama sekali tidak belajar dan mengatakan jika Dea tidak akan mampu mendapatkan nilai lebih dari 6. Dea menatap layar komputer di depannya yang sedang menunjukkan deretan huruf dengan alis yang menyatu pertanda jika Dea sedang memeras otaknya agar bisa menjawab semua pertanyaan itu dengan benar, setidaknya ia harus mendapat nilai 8 untuk membungkam mulut brengsek Sam yang terus mengejeknya itu. Dea menggerakkan telunjuknya di mouse mensecrool dari awal hingga akhir, memastikan jika jawaban Dea benar.
Klik
Selesai sudah lima puluh soal yang harus Dea kerjakan, ia segera bangkit dan menyalami guru yang sedang mengawas di depan meninggalkan teman temannya yang juga sedang mengerjakan soal ujiannya kecuali Devan, karena pria itu sudah keluar sejak sepuluh menit yang lalu.
Dea membawa mobil sendiri kali ini karena memang Dea tidak tau kapan ia pulang dan hp Dea juga sedang Sam sita mengingat Dea sedang ujian takut mengganggu Dea katanya padahal sama saja, toh Dea juga bukan perempuan yang gila dengan handphone.
Dea turun dari mobil dengan kaca mata hitamnya dan berjalan santai ke arah ruangan Sam tanpa memperdulikan tatapan karyawan Sam yang menatapnya aneh, Dea sadar penampilannya sama sekali tidak mencerminkan jika ia memang seorang siswi, bagaimana tidak Dea dengan rambut hitam panjang yang sedikit berwarna hijau di ujungnya, sepatu putih, kaus kaki pelangi yang ia tarik hingga menutupi betisnya dan baju yang sengaja ia keluarkan dan Dea tali di ujungnya.
Setelah sampai di lantai 7 Dea langsung membuka dua kancing teratas bajunya hingga menampakkan kaos pink yang Dea gunakan untuk ganti, ia berniat memancing kekesalan Sam karena Dea sudah sangat sangat kesal saat Sam terus mengejeknya tadi pagi.
Dea menyeringai kecil melihat Sam yang sepertinya sedang berbicara dengan Arkan.
"Hallo Arkan" sapa Dea ceria membuat Arkan dan Sam langsung menoleh ke arah Dea.
"Hay de" Arkan memang tidak pernah lagi memanggil Dea dengan embel-embel nona. Dea yang memaksanya.
Sam mendengus melihat penampilan Dea yang menurutnya sangat sexy ini. Tanpa sepatah katapun Sam menarik tangan Dea memasuki ruangannya. Dea sempat mengedipkan matanya pada Arkan membuat Arkan menggeleng heran dengan kedua pasutri baru ini. Yang satu jahil yang satu dingin, yang satu mesum yang satu sangat senang mengumpat.
Sam langsung mengungkung Dea saat mereka sudah sampai di dalam ruangan, membuat Dea tersenyum dalam hati.
"Kenapa berpakaian seperti ini hmm?" Tanya Sam dengan suara beratnya.
"Kenapa emang?" Sam berdecak pelan dan mengampit dagu pipi Dea dengan jari telunjuk dan ibu jarinya, mendongakkan wajah Dea agar mau menatapnya.
"Lihat bajumu Al, ini sangat sexy kamu tau?" Dea menyeringai kecil dan malah mengalungkan tangannya di leher Sam menekannya agar lelaki itu semakin menunduk.
"Bilang aja imannya goyah."
"Dasar anak nakal, ganti bajumu atau aku yang akan merobeknya di sini." Ucap Sam dan mencuri satu kecupan di bibir Dea membuat sang empu menatapnya tajam.
"Ck, minggir!" Dea mendorong dada Sam hingga kungkungannya terlepas.
Dea melepas seragamnya di hadapan Sam, ia juga melepas roknya meninggalkan celana hotpants hitam dan mengganti sepatutnya dengan heels tinggi membuat Dea semakin terlihat sexy. Sam menggeleng melihat kelakuan Dea, tidak bisakah ia ke kamar mandi di kamar yang berada di ruangan Sam.
"Bagaimana ujianmu?" Tanya Sam saat Dea sudah duduk di sofa dan sedang melipat bajunya.
"Biji kacang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fanfic"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...