Dea mengernyit saat melihat pintu kamar kedua orang tuanya sedikit terbuka, seingatnya pintu itu tertutup rapat bahkan terkunci. Dea mendekat senyumnya mengembang karena papa dan mamanya ada di dalam dan sedang berbincang santai.
"Mah!" Pangil Dea dan langsung memeluk Sarah.
"Sayang, udah pulang?" Dea mengangguk dalam pelukan mamanya
"Tidak ada pelukan untuk papa?"
Dea tersenyum ia melepas pelukannya pada sang mama dan memeluk Beni. Beni tersenyum ia membalas pelukan Dea, tangannya mengelus rambut Dea lembut dan mencium puncak kepala anaknya.
"Dea kangen sama kalian."
"Kami juga. Bagaimana kabarmu Samuel menjagamu dengan baik bukan?"
Dea melepaskan pelukannya dan menatap Beni sebal.
"Engga. Om Sam nyebelin, Dea jadi ngga bebas"
Beni dan Sarah terkekeh melihat wajah sebal Dea.
"Mama beliin kamu banyak baju dan udah mamah tata di lemari kamu."
"Ya udah Dea liat dulu ya. Kalian istirahat aja."
Dea berjalan keluar dari kamar orang tuanya, tapi seseorang menarik Dea hingga ia membentur sesuatu yang keras.
"Om Sam apa apaan?" Dea memberontak dalam pelukan Sam.
"Ssssssttttt.... nikmati saja baby." Tangan Sam semakin erat memeluk Dea, ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Dea sambil menghirup aroma Dea sebanyak banyaknya, aroma yang akan Sam rindukan saat ia jauh dari Dea.
"Nanti mama papa liat. Dea malu."
Sam mengangguk ia menggendong Dea tanpa melepaskan pelukannya, membawa gadis itu ke kamarnya dan meletakan Dea di pangkuannya. Dea hanya diam karena pemberontakannya sia sia, tenaga Sam lebih besar darinya.
Sam terus saja memeluk Dea dan semakin menenggelamkan wajahnya.
"Balas pelukanku Aldea, aku mohon." Lirih Sam.
Dea tidak menjawab tangannya sudah mengambang ingin membalas pelukan Sam tapi Dea ragu perlahan namun pasti tangan Dea melingkar sempurna di leher Sam. Dea bisa merasakan detak jantung Sam yang berdetak lebih cepat dari jantungnya sendiri, Dea menarik satu tangannya dan menyelipkannya di antara pelukan mereka, meletakkan tangannya tepat di dada kiri Sam.
Sam melepas pelukannya, ia menggenggam tangan Dea yang berada di dadanya dan menatap Dea lembut.
"Dia hanya berdetak cepat saat bersamamu. Hanya bersamamu."
Dea terkekeh dan menarik tangannya.
"Ternyata Tuan Samuel Anderson pandai menggombal."
"Hanya padamu Nona Anderson."
"Aldea."
"Ya?"
"Kamu pernah berciuman?"
Dea terkejut mendengar pertanyaan Sam yang menurut Dea sedikit menyinggung prifasinya.
"Pernah." Jawab Dea pada akhirnya.
"Dengan siapa?"
"Vino. Kapten basket yang pernah Dea ceritain."
Sam menatap Dea dalam. Entah bagaimana caranya hingga bibir Sam tiba tiba menempel di bibir Dea, Dea tidak menolak ia malah memejamkan matanya dan mengalungkan tangannya di leher kokoh Sam.
Awalnya Sam hanya menempelkan bibirnya tapi melihat Dea yang tidak menolak ia memberanikan diri menggerakkan bibirnya, melumat bibir Dea lembut, tangan Sam menarik tengkuk Dea memperdalam ciumannya. Dea bukan gadis polos yang tidak tau bagaimana caranya berciuman, ia membalas ciuman Sam lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fiksi Penggemar"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...