Dea langsung merebahkan tubuhnya saat keduanya sudah sampai di apartemen Sam, memang Sam membawa Dea ke apartemennya karena besok Dea libur dan mereka juga ingin liburan berdua. Tidak. Lebih tepatnya Dea yang merengek pada Sam agar mengajaknya berlibur, Sam sempat menolak tapi Dea mengeluarkan air mata buayanya yang membuat Sam tidak tega dan berakhir dengan mengiyakan permintaan gadisnya itu.
"Mandi dulu sayang, jangan langsung tidur." Dea mengulurkan tangannya membuat Sam mengernyit.
"Apa?" Polos Sam
"Tarik dong, Dea lemes."
Sam menghela nafas pelan namun tetap menarik tangan gadisnya.
"Emang Om Sam udah mandi?"
"Memang kenapa hmm? Mau mandi bersama?" Goda Sam yang langsung mendapat cubitan di pinggangnya.
"Mesum banget sih."
"Aku bercanda cantik. Sudah sana mandi."
Dea mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi. Sam tersenyum tipis melihat Dea, ia tidak menyangka bisa bertunangan dengan gadis itu, dulu Sam mengira hatinya benar benar mati karena dari dulu ia tidak pernah merasakan apa itu cinta, tapi semenjak kehadiran seorang gadis remaja yang menabraknya semua berubah. Sosok Samuel yang terkenal dingin kini menjadi seorang Sam di pria gila yang mau melakukan apapun untuk Dea, hanya untuk Dea.
Sam tersenyum kecut mengingat bagaimana datarnya kehidupannya dulu sebelum ada Dea. Gelap segelap malam tapi saat Dea datang semua berubah. Malam yang gelap itu sudah terang karena hadirnya bintang yang menghiasinya.
Sam menoleh saat ia mendengar pintu kamar mandi terbuka, senyumnya semakin lebar melihat Dea yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Sam terus memperhatikan Dea yang sedang duduk di depan meja rias.
"Om Sam kenapa?" Tanya Dea yang sedikit risih karena Sam yang memperhatikannya begitu intens.
Sam terkekeh pria bermanik gelap itu menghampiri Dea dan mengambil alih handuk kecil di tangan Dea.
"Biar aku yang mengeringkan rambutmu."
Dea menurut saja dan memperhatikan Sam yang tengah mengeringkan rambutnya dari pantulan kaca rias tidak hanya mengeringkan pria itu juga menyisir dan memberi vitamin pada rambut Dea. Setelah selesai, Sam menunduk dan menyandarkan dagunya di pundak Dea dengan kedua tangan yang melingkar di leher gadis itu. Keduanya saling tatap dan melempar senyum melalui kaca.
"Al."
"Hmm?"
"Promise always be with me" pinta Sam berbisik di telinga Dea.
"Hmm? Kok tiba-tiba?"
Sam mengecup pelipis Dea sekilas dan kembali menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Dea menghirup dalam dalam wangi bunga lili yang keluar dari sana.
"Just say 'I promise'"
"Okay, I promise. It is done, right?"
"Aku takut kamu pergi Al."
Dea mengusap kepala Sam dan memberikan kecupan ringan di sana.
"Dea ngga akan kemana-mana."
"Kamu ingat saat aku bilang jika kamu adalah hidupku?"
"Inget, orang baru kemarin Om bilang."
"Itu bukan sekedar omong kosong, aku serius Al. Kamu ingat cerita Mariposa bukan?
"Iya."
"Aku pernah berfikir jika sosok Aca itu gadis bodoh, mau mengejar Iqbal walaupun yang ia dapat hanya sakit hati. Tapi sekarang sejak aku mengenalmu semua fikiran itu berubah. Aku tau Aca tidak bodoh, ia gadis tangguh yang mau memperjuangkan cintanya walaupun cintanya itu menolaknya dan karena perjuangannya itu ia bisa bersama cintanya. Mariposa hidup bahagia dengan bunga mataharinya. Dan aku pernah memintamu agar tidak seperti Mariposa, yang sulit untuk ku kejar dan ku tangkap yang saat ku biarkan kamu mendekat bukan? Itu karena aku tidak mau kamu merasakan apa yang Iqbal rasakan saat Aca tidak lagi memperhatikannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fanfiction"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...