Dea mengerjapkan matanya pelan menyesuaikan cahaya yang masuk, saat gadis itu membuka mata yang terlihat pertama kali adalah wajah damai dan polos dari pria yang sudah mengisi hatinya itu, siapa lagi kalau bukan Samuel, pria dingin saat di luar tapi akan menjadi gila jika bersama Dea.
Dea melepaskan tangan Sam yang melingkar di pinggangnya pelan, tapi Sam malah semakin menarik Dea mendekat.
"Mau kemana sayang?" Tanya Sam dengan suara serak khas orang bangun tidur, pria itu juga belum membuka matanya
"Mandi lah, lepasin Om." Dea menepuk nepuk tangan Sam yang berada di pinggangnya.
"Tidak sebelum kamu menceritakan bagaimana bisa kamu bertemu pria bajingan tadi malam." Sam mulai membuka matanya dan langsung menatap Dea dalam.
"Dea ngga cerita pasti Om udah tau kan?"
Sam terkekeh, sepertinya Dea sudah mulai mengenalnya dengan baik.
"Aku ingin mendengarnya langsung darimu."
Dea menghela nafas panjang gadis itu bangkit dan duduk bersandar di kepala ranjang dan mulai menceritakan apa yang semalam terjadi.
Sam menyimak cerita Dea dengan seksama. Tidak! Sam lebih fokus dengan wajah Dea yang menunjukkan raut penyesalan.
"Jadi? Pria itu tidak mencium bibirmu kan?" Tanya Sam saat Dea sudah menyelesaikan ceritanya.
"Engga."
"Tapi dia mencium pipimu?" Tanya Sam lagi, bagi Dea itu lebih tepat ke pernyataan dari pada pertanyaan.
"Maafin Dea."
Sam menyeringai kecil, menggoda Dea sepertinya menyenangkan.
"Bagaimana jika aku tidak mau memaafkanmu?"
"Dea tau Om pasti ngga mau maafin Dea, Om Sam pasti marah kan?"
"Sangat." Singkat namun membuat Dea ingin menangis saja rasanya, ia tidak mau Sam marah padanya.
"Iya Dea minta maaf deh, Dea harus apa dong biar Om ngga marah lagi?"
Sam hanya mengedikan bahunya acuh membuat Dea menghela nafas, gadis itu merangkak naik ke atas tubuh Sam dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Sam.
"Dea minta maaf, Dea janji ngga ngulangin lagi."
Sam menahan gemas melihat wajah Dea begitu lucu menurutnya, bagaimana tidak gadis itu mendongak menatap Sam dengan puppy eyes nya yang ia kedip kedip kan.
"Om Sam yakin ngga mau maafin?" Dea semakin membuat wajahnya seimut mungkin agar Sam luluh.
Runtuh sudah pertahanan Sam, ia tidak tahan dengan wajah menggemaskan gadis kecil di pangkuannya ini. Sam terkekeh dan mencubit kedua pipi Dea gemas hingga memerah.
"Bagaimana aku marah jika wajahmu semenggemaskan ini, yang ada aku semakin mencintaimu."
"Gombal banget nih pak tua gila."
Sam terkekeh ia memeluk Dea sebentar dan mencium pipi Dea.
"Mandilah, kamu harus sekolah bukan?"
Dea melirik jam yang berada di nakas, ternyata belum ada jam 6.
"Entar lah masih jam enam kurang." Dea semakin menduselkan wajahnya di dada Sam.
"Mandi atau aku yang memandikan mu?"
Bugh
"Bajingan mesum!"
Setelah memukul perut Sam hingga pria itu meringis Dea meninggalkan Sam begitu saja gadis itu bahkan membanting pintu kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fiksi Penggemar"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...