Dea memberenggut kesal karena Sam yang sangat memaksa Dea agar bersekolah hari ini, gadis itu berjalan dengan menghentak hentakan kakinya saat ia sudah keluar dari mobil Sam membuat Sam tersenyum geli.
"Al"Dea menoleh dengan malas ke arah Sam yang tengah berteriak seperti orang gila di samping mobilnya.
"Aku mencintaimu, belajar yang rajin sayang aku akan menjemputmu nanti. Hey Aldea kamu mendengarku? Hey..."
Dea mengabaikan teriakan tidak jelas dari Sam, ia lebih memilih berjalan menuju kelasnya daripada harus berhadapan dengan orang seperti Samuel.
"Selamat pagi Nyonya Anderson." Sapa Lia yang membuat Dea memutar bola matanya malas.
"To."
"Lah lah jutek banget tumben lu de, kenapa?"
Dea hanya mengangkat bahunya acuh dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Baru saja Dea duduk ia sudah di sambut dengan cengiran menyebalkan Devan.
"Apa!"
"Ush...jangan jutek jutek neng, pagi pagi juga udah di tekuk aja mukanya, kenapa lu?"
"Gue males bet ke sekolah Dev, bolos aja gimana? Ke rumah lu, kepin, Candra, apa Lia aja."
Devan berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Dea.
"Tanya sama yang lain aja sana mau ngga."
"Guys kita bolos aja gimana?"
Lia, Kevin dan Candra mengangguk menatap Dea membuat Dea tersenyum lebar. Mereka langsung kembali ke parkiran padahal bel masuk pun belum berbunyi. Devan dan Dea satu mobil mereka ke butik mama Dea terlebih dahulu untuk mengganti baju karena tidak mungkin mereka membolos dengan seragam sekolah. Tujuan pertama mereka adalah cafe Dea, baik Dea maupun teman temannya hanya sarapan dengan selembar roti dan tentu saja itu tidak cukup.
Dea mengajak teman temannya ke privat room yang ada di cafenya, mereka menikmati sarapannya tanpa tau jika seseorang telah melaporkannya pada Samuel, siapa lagi jika bukan Erick.
Sedangkan Sam yang berada di ruangannya sedang tersenyum maklum melihat kelakuan istrinya. Yah istrinya, Sam tersenyum lebar mengingat Dea yang sudah menjadi istrinya bukan lagi sekedar tunangan.
Sam mendial nomor Dea, tapi tidak di angkat bahkan di reject Sam menghela nafas ia memilih menelpon Erick.
"Hallo tuan"
"Apa gadis itu macam macam?"
"Nona hanya makan di cafe nya."
"Jika ia berbuat aneh-aneh segera seret pulang dan jika ada sesuatu yang aneh di sekitar gadis itu langsung kamu habisi."
"Saya mengerti tuan."
Sam menatap foto yang ada di mejanya sendu mengingat seseorang yang selalu ingin bermain dengannya.
"Aku ragu jika aku bisa hidup bersamamu sesuai janjiku sayang." Gumam Sam sedih.
Sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh pasrah seperti ini.
"Bagaimana mungkin aku mati, aku tidak akan ikhlas jika aku mati dan gadis itu menjadi janda lalu menikah lagi dengan pria lain. Aku bersumpah Al aku akan menghantui suami barumu sampai mati jika kamu menikah lagi." Sam meremas rambutnya kasar. Memikirkan itu membuat Sam panas luar dalam, ia menyambar jas dan kunci mobilnya lebih baik Sam menguntit Dea daripada ia harus bercumbu dengan setumpuk kertas yang membuatnya pusing itu.
***
D
ea tertawa terbahak-bahak melihat Lia dan Kevin yang terus saja saling melempar umpatan sejak tadi, mereka bermain PS di rumah Devan di temani dengan minuman beralkohol yang kadar alkoholnya kecil tentu saja, Dea masih ingat janjinya dengan Sam untuk tidak akan mabuk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fiksi Penggemar"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...