Sam terkekeh geli melihat Dea yang sudah ada di pelukannya pagi ini, bukankah tadi malam Dea memutuskan untuk tidur di kamar sebelah?
Sam cepat cepat memejamkan matanya saat merasakan pergerakan kecil dari Dea.
"Duh, untung si brengsek belum bangun." Gumam Dea dalam hati.
Sam semakin membelit pinggang Dea saat gadis itu hendak bangun membuat Dea terkejut.
"Mau kemana hmm? Ini masih jam 5 Al." Dea menghela nafas dan kembali berbalik memeluk Sam.
"Nanti berangkat jam berapa?"
"Setengah 8."
"Baiklah aku akan mengantarmu."
"Hmm."
"Sudah belajar?"
"Hmm"
"Aku merindukanmu."
"Hmm" Sam terkekeh gemas dan semakin mengeratkan pelukannya pada Dea, menenggelamkan wajah Dea di dada bidangnya.
Saat Sam ingin mencium Dea tiba tiba perutnya bergejolak membuat Sam langsung berlari ke arah kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya.
Dea menyusul Sam dengan raut khawatir yang sangat kentara, ia memijit tengkuk Sam sesekali mengusap punggung lebar pria itu. Setelah di rasa cukup Sam membasuh wajahnya dan berkumur.
"Udah hampir seminggu Om kayak gini terus." Ucap Dea dengan menyeka sisa sisa air yang berada di sekitar wajah serta leher Sam dengan tangan kosong.
"Entahlah, tapi Al setiap aku muntah seperti ini setelahnya aku sangat ingin kacang panjang."
"Kita ke dokter aja gimana?" Sam menunduk menatap Dea yang juga tengah menatapnya sendu. Dea takut Sam kenapa napa demi tuhan.
"Bukankah kita pernah ke dokter tapi dokter mengatakan aku baik baik saja." Dea berfikir sejenak, memang Dea pernah memaksa Sam agar ia mau ke dokter tapi tetap saja, dokter mengatakan jika Sam baik baik saja.
"Om sadar ngga sih, Om tuh kalo muntah cuman pagi doang. Kayak orang morning sick aja tau ngga."
"Bisa jadi"
"Heh!" Sam menatap Dea dengan mata berbinar.
"Dulu saat mama hamil papa yang selalu morning sick dan mengidam, apa jangan jangan kamu hamil?"
"Ngaco, kita baru ngelakuin itu satu kali ngga mungkin Dea langsung hamil."
"Astaga Al itu bisa saja, asal kamu tau benih yang aku berikan padamu itu benih dengan kualitas tinggi" Dea mengedikan bahunya acuh tidak ingin membalas ucapan Sam lagi. Dengan cekatan Dea melepas kancing piyama yang Sam pakai dan mendorong pria itu agar masuk ke dalam bathtub.
"Mandi, Om bau naga." Saat ingin berbalik tiba tiba dirinya melayang begitu saja dan ikut masuk ke dalam bathtub.
"Mandikan aku." Ucap Sam dengan cengiran lebarnya membuat Dea mencibir pelan tapi tetap memandikan bayi besarnya itu, lebih tepatnya mereka mandi bersama.
"Kayak orang lumpuh aja sih."
***
Dea terdiam di kursinya dengan secangkir latte di depannya memikirkan apa yang Rose katakan tadi, setelah pulang sekolah Dea meminta agar Devan mengantarkannya ke rumah Rose. Ia menceritakan tentang Sam yang sudah seminggu ini selalu muntah muntah tidak jelas dan berakhir merengek meminta kacang panjang.
Kata kata yang Rose sampaikan membuat Dea langsung bungkam dengan beberapa pemikirannya.
Dea mengeluarkan satu benda pipih panjang dari tas kecilnya, tersenyum kecil. Dea mengalihkan atensinya pada perut ratanya, tangan Dea tanpa sadar mengusap perut ratanya. Jika yang tadi Rose katakan benar adanya, Dea pasti akan sangat bahagia, apalagi pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fanfiction"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...