Dea mengerjapkan matanya saat mendengar suara seseorang di dalam kamar mandi, ia meraba ranjang sebelah tapi kosong. Mata Dea membulat sempurna dengan ekspresi terkejut yang sangat kentara mengingat tadi malam Sam tidak enak badan. Tanpa mengulur waktu lagi Dea langsung berlari ke kamar mandi, dan benar dugaannya lagi lagi Sam tengah membungkuk dan mengeluarkan semua isi perutnya. Dea memijit tengkuk Sam lembut dan terkadang juga mengusap punggung Sam.
"Kenapa aku ini?" Gumam Sam yang sudah selesai berkumur dan membasuh wajahnya.
"Dea panggilin dokter ya Om, liat deh pucet banget mukanya."
"Sudahlah aku baik baik saja Al." Dea berdecak mendengar perkataan Sam, apa Sam buta pikir Dea.
Dea menuntun Sam kembali ke ranjang, tangan Dea tidak lepas dari genggaman Sam.
"Ngga usah ke kantor dulu." Ucap Dea mutlak tanpa mau di bantah.
"Pekerjaan ku masih menumpuk Al."
Dea diam tidak menjawab perkataan Sam, ia malah merebahkan tubuh Sam dan menarik selimut hingga sebatas dada pria itu. Dea mengambil handphonenya yang berada di atas nakas untuk menghubungi seseorang.
"Hallo Arkan, tolong kamu urus semua perkejaan si brengsek ini. Dia lagi sakit, terimakasih." Dea langsung mematikan panggilannya sepihak tanpa menunggu jawaban dari Arkan.
"Al apa yang kamu lakukan?" Sam mencoba bangun tapi di tahan Dea.
"Apa! Semua pekerjaan udah di handle Arkan." Ucap Dea dingin membuat Sam berfikir jika Dea marah padanya.
"Kamu marah padaku?" Tanya Sam hati hati walaupun ia sudah tau jawabannya mengingat Dea yang tidak selembut biasanya.
"Ya Dea marah. Makanya nurut ngga usah bandel, kalo Dea bilang istirahat aja ya istirahat."
Sam menahan senyumnya agar tidak menambah kekesalan seorang Aldea.
"Oke aku mint...."
"Udah di maafin, udahlah sekarang diem aja di sini biar Dea bikinin bubur."
"Al no! Aku tidak mau bubur"
"Ya terus?"
Sam menggigit bibirnya seperti ragu untuk menyampaikannya pada Dea.
"Mau apa cepetan, ini Dea udah jadi kerak nih."
"Aku...emm aku mau.."
"Mau apa sih ya tuhan!"
"Kacang panjang." Cicit Sam yang masih bisa Dea dengar dengan sangat baik.
"Sayur kacang?"
"Bukan Al, kacang panjang."
"Iya kacang panjangnya di gimanain, di lodeh, di tumis apa di apain?"
"Mentah."
"Hah!"
Dea mengerjapkan matanya, mentah? Bahkan saat matang pun Sam tidak terlalu suka dengan kacang panjang.
"Mentah?" Sam mengangguk semangat sebagai jawabannya.
"Ayo!"
"Heh Om Sam disini aja nanti biar Dea bawain."
"Tidak, aku sehat aku ingin kita makan di bawah"
"Ya udah tapi tolong kabarin temen temen Dea dulu kalo Dea ngga berangkat."
Sam menggandeng Dea ke luar kamar untuk menyiapkan apa yang ia mau, ah tidak, lebih tepatnya pria itu menarik tangan Dea hingga Dea sedikit kesulitan menyamakan langkah. Diam diam Dea berfikir ada apa dengan Sam yang tiba tiba seperti ini, Sam seperti orang yang sedang mengidam saja permintaannya aneh aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fanfic"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...