Samuel berulang kali menghubungi Dea, tapi hanya suara operator yang terdengar, Sam tau Dea membohonginya karena Sam sempat bertanya pada wali kelas Dea apa benar jika teman sekelas Dea ada yang sakit, tapi jawaban dari wali kelas Dea membuat emosi Sam memuncak, berani beraninya Dea membohongi Sam.
Rahang Sam mengeras dengan perasaan khawatir saat mendengar jika Dea tawuran dari anak buahnya yang ia suruh untuk mencari Dea beberapa menit yang lalu. Tanpa pikir panjang Sam menyambar kunci mobil dan jasnya, ia bahkan menggagalkan semua rapat dan pertemuan penting demi mencari Dea.
Sam mencengkeram setirnya erat dengan mata yang menatap tajam ke arah jalanan. Garis kemarahan terlihat jelas di wajah Sam.
Sam langsung turun saat melihat dua anak buahnya.
"Dimana gadis itu?"
"Di sana tuan"
Sam langsung berlari mengikuti arah tunjuk anak buahnya. Rahang Sam semakin mengeras saat melihat ternyata bukan hanya Dea tapi juga semua teman teman Dea, mata Sam terbelalak melihat seorang laki laki yang sedang mengayunkan cluritnya ke Dea, tanpa pikir panjang Sam berlari secepat yang ia bisa dan langsung memeluk tubuh Dea erat menjadikan dirinya sebagai tameng agar Dea tidak terluka dan berakhir lengan Sam yang terkena clurit.
"Aaaaaaarrrrrrrggghhhhhh...."
"Om Sam..."
Dea melebarkan matanya melihat lengan Sam yang berdarah, ia segera menarik tangan Sam dan menyuruh anak buah Sam untuk mengurus kerusuhan di sana.
Tanpa sadar air mata Dea turun begitu saja, Dea merasa sangat bersalah sekarang. Dea menghentikan larinya saat dirasa ia sudah keluar dari arena perkelahian. Dengan cepat Dea merobek lengan kemeja Sam, air mata Dea semakin deras melihat betapa lebarnya luka sayat Sam. Dea langsung menarik dasinya kasar hingga terlepas dan melilitkannya di luka Sam berharap itu bisa menghentikan pendarahan pada luka itu.
Sam sedikit tersenyum melihat bagaimana khawatirnya Dea saat ia terluka, emosinya entah menguap kemana. Tangannya terulur menghapus air mata Dea, bukanya diam Dea malah semakin terisak dan malah memeluknya erat, Sam membalas pelukan Dea dengan satu tangan.
"Dea minta maaf Om Sam Dea bener bener minta maaf."
"Tidak apa-apa."
Dea melepaskan pelukannya dan kembali menarik tangan Sam. "Kita ke rumah sakit"
Sam malah menarik tangan Dea hingga Dea berbalik, pria itu tersenyum tulus menatap Dea.
"Tidak usah. Aku baik baik saja."
"Om berdarah."
"Ini tidak terlalu sakit Aldea."
"Bohong! Dea tau Om Sam pasti kesakitan sekarang."
"Tidak sesakit saat kamu membohongiku dan aku yang melihatmu dalam keadaan berbahaya seperti tadi Aldea."
Tangisan Dea semakin kencang ia kembali memeluk tubuh Sam erat, bibir Dea juga tidak henti-hentinya mengucap kata maaf. Sam bahkan kebingungan sendiri memikirkan bagaimana cara membujuk Dea agar ia mau berhenti menangis.
"Aldea sudah hentikan tangisanmu itu. Aku benci mendengar suara tangismu sayang, itu malah membuatku semakin sakit."
Dea akhirnya mengangguk ia melepaskan pelukannya, menunduk sedikit untuk menghapus air mata yang masih tersisa di pipinya.
"Biar Dea obatin ya."
Sam mengangguk ia merangkul pundak Dea memasuki mobilnya, di dalam mobil Dea dengan cekatan mengobati luka Sam, ia dengan telaten membersihkan darah Sam dan memberikan alkohol di luka Sam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy CEO and his Little Girl [Terbit]
Fanfic"cinta tidak mengenal umur" "Dan cinta juga bukan paksaan" "Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya" "Silahkan paksa Dea, Om Sam emang bakal dapetin Dea tapi tidak dengan cinta yang Dea punya. Inget Om cinta itu bukan paksaan, permintaan, obse...