Bab 20

44 29 57
                                    

"Orangmu sudah kami selesaikan, Tuan."

"Kerja bagus! Kau tahu harus ke mana membawa mereka."

Panggilan berakhir, Quirin berbalik badan. Bibirnya tersenyum melihat permohonan ampun di tengah derita dari sepasang mata beriris coklat.

「▪」

Hudson berdiri tepat di samping Spratt. Mengikuti arah pandang rekannya, dia memandang rumah tanpa penerangan di luar itu, dalam jarak 10 meter ke depan. Polisi FBI yang diturunkan Gannon juga sudah siap di posisi. Semua tinggal menunggu perintah Spratt untuk maju, melalui alat komunikasi yang menempel di telinga masing-masing.

Waktu hampir tengah malam menciptakan suasana mencekam, suara angin sampai dapat terdengar jelas di telinga saking sepinya lingkungan di sana, dan dinginnya mampu menembus lapisan kain tebal yang menutupi kulit. Karena gelap, mengharuskan tim polisi untuk memakai penglihatan malam, juga sebenarnya untuk menangkap suatu pergerakan bila mencurigakan.

"Tim Satu, bergerak!" perintah Spratt dalam bisikan.

Hudson melihat tim yang bergerak dari arah timur, lalu berkata, "Entah kenapa aku merasa, mereka tidak ada di sini."

"Sebab itu, aku menyuruh satu tim dulu untuk bergerak," sahut Spratt.

"Kalo mereka tidak ada, lantas di mana?" tanya Hudson.

Spratt memandang rekannya sebentar, kembali berpaling. "Aku tidak tahu. Namun yang pasti, kita harus mencari lebih banyak informasi."

"Agen Spratt, kami siap untuk masuk."

"Bergerak, Tim Satu."

"Bagaimana dengan Tim Tiga? Tim kami harus bergerak bersama mereka."

"Ganti rencana. Tim Satu, masuklah."

"Dimengerti."

Hudson pun menatap Spratt. "Nah, siapa yang maju lebih dulu?"

Spratt balik menatap, memandang wajah rekannya yang tersirat sebuah makna untuknya. "Aku tidak takut."

Pria rambut pirang itu tertawa ketika Spratt keluar dari posisi, tidak lama dia mengikuti. Sementara tim lain, tetap sabar menunggu di posisi masing-masing.

Tepat Spratt berdiri di belakang tim, dua orang di depan pintu membukanya. Penyergapan malam hari begini tentu bukan cara dobrak yang mereka pakai, melainkan dengan sebuah alat yang dirancang khusus. Tim depan bergerak masuk, disusul Spratt, kemudian tim belakang dan Hudson. Setiap ruangan mereka periksa, lampu turut dinyalakan hingga bangunan yang semula terlihat tidak berpenghuni kini seperti rumah pesta. Suara-suara langkah kaki juga ikut meramaikan.

Spratt kian gelisah ketika keberadaan orang yang harus diselamatkan, tidak ada di ruang manapun. Akhirnya, dia memerintahkan Tim Tiga untuk bergerak tapi dengan rencana baru. Berdasarkan laporan yang dia terima dari seorang anggota Tim Tiga, kalau saja dirinya bukan orang terlatih, telah memompa kecepatan jantungnya melewati batas normal. Alih-alih mendapat hasil, yang Spratt dapatkan hanyalah kekosongan.

"Ke mana mereka?" Hudson kembali setelah berkeliling rumah.

Spratt membuang muka. "Mereka tidak benar-benar ke sini."

DenouementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang