Bab 32

54 23 59
                                    

Pandangan Astrid tidak lepas dari dua orang pria yang sedang bercakap serius tepat di hadapan. Gerry dengan kapten polisi. Dari raut muka, jelas sekali ada hal penting terlebih sang agen baru saja menghubungi Gerry untuk meminta bantuan. Meski sebenarnya, tidak tertuju untuk si pirang itu saja, untuk siapapun yang mendengar dan bisa menyempatkan diri. Namun, itulah Gerry. Si pirang yang notabene menyukai bekerja seorang diri. Lebih praktis, katanya.

Setelah bercakap-cakap, Gerry kembali ke hadapan Astrid. Mata birunya menatap wanita itu sangat lekat, tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut. Astrid merasa canggung. Mungkin tepatnya, gugup luar biasa sebab sudah lama dia tidak menerima tatapan selekat dan selama ini. Di sisi lain, Astrid ingin lepas dari tatapannya. Bukan apa, tapi tidak enak acara tatap-tatapan ini menjadi tontonan polisi di sekitarnya.

"Kapten," Gerry bersuara, Astrid mengembus lega, "lindungi dia."

"Pasti, Mr. Lanford."

"Padahal, tidak seharusnya Anda seorang diri."

Gerry melepas tatapan. Ketika badannya berbalik, Astrid baru saja ingin mengucapkan sesuatu. Sehingga yang terjadi, mulutnya terbuka tanpa kata-kata. Astrid memandang langkah Gerry yang terus menjauh seiring berjalannya waktu. Tidak tahu saja kalau hati wanita ini sedang berperang. Satu sisi memaksa mulut untuk mengeluarkan kata-kata itu, tapi satu sisi lain juga sama kuatnya untuk melupakan hal tadi.

Akhirnya, Astrid berteriak, "Gerry!"

Langkah pria itu terhenti. Kapten polisi beserta anak buah pun terkejut mendengar lengkingan suaranya.

"Tunggu!" lanjutnya.

Astrid berlari dari kumpulan polisi yang berdiri di sekitaran, menuju pria yang masih menunggu. Tiba di dekatnya, Astrid mengatur napas sejenak kemudian tersenyum tipis. Tidak ada angin tidak ada hujan, Astrid menarik tubuh Gerry ke dalam pelukan. Senyumnya melebar. Gerry kaget bukan main. Beberapa detik awal dia tidak membalas, kedua tangan masih terbentang ke bawah. Namun, ketika kehangatan mulai menjalar ke seluruh tubuh yang membuat semangatnya berkobar, si pirang balik memeluknya lebih erat.

Senyum Astrid belum pudar, terus melebar sampai kedua pipi menggembung. "Selesaikan keparat satu itu. Aku di sini, menunggumu."

Gerry melepas pelukan. Benar-benar di luar ekspetasi karena Gerry yang langsung pergi tanpa berbicara sedikitpun, bahkan menatapnya sekali lagi pun tidak. Sebab itu, senyum Astrid perlahan memudar. Namun di titik akhir, dia mempertahankan senyumnya melihat kesigapan si pirang. Yang mana mengingatkannya pada beberapa tahun lalu.

Ketika jiwanya masih bersama, ketika pria itu hendak menjalankan tugasnya.

Sementara itu, di kebun bunga, pergulatan Spratt dengan Quirin masih berlanjut. Quirin semakin erat melilitkan lengannya ke leher Spratt sebagai akibat dari sang agen yang memanggil bala bantuan.

"Tidak ada bantuan!" gertak Quirin.

"Tidak masalah bagiku. Aku bisa menyelesaikan ini."

Spratt mencengkeram lengan kanan Quirin guna mencegah pisaunya bergerak liar ke hadapan leher maupun muka, kemudian melangkah sedikit ke samping dan menempatkan satu kakinya di belakang kaki Quirin. Tubuh Quirin pun diangkatnya ke punggung, lalu dibanting ke tanah. Lengan kanannya yang masih dalam cengkeraman, Spratt putar lalu tarik paksa pisaunya. Dia menyeringai ketika Quirin mengerang-erang.

"Kau tahu, sebagai seorang agen, bagiku sangat jarang melakukan hal ini. Namun, karena kau menyuruhku menjatuhkan senjata. Apa boleh buat, aku melakukannya," ucap Spratt. "Lagi pula, menyenangkan melakukan hal ini jika orang yang harus kuserang adalah dirimu."

Tiba-tiba di dekat mereka, terdengar suara tembakan. Respons Spratt dan Quirin menoleh, melihat ke arah mana sasaran peluru tersebut. Bagi Spratt, yang dilihat sangat mustahil. Raymond ditembak. Tubuhnya terkapar di tanah setelah melawan Sophia. Wajah wanita itu berdarah-darah begitu pula tangannya, yang juga gemetaran saat memegang senapan. Rahang Spratt mengeras sebelum sumpah serapah mengalir. Dia langsung menyambar pistol di tanah, ditembaknya wanita itu yang bahkan sudah tidak melawan lagi.

DenouementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang