Bab 21

50 25 68
                                    

Kesigapan Spratt dan Hudson atas informasi yang diperoleh dari Jessica, langsung membawa tim ke lokasi kejadian. Tim yang terbagi menjadi empat kelompok saat ini menyebar dan bersiaga di posisi masing-masing, bersembunyi begitu apik di pinggir hutan menghadap padang rumput, begitu pula dengan laras senapan di balik tiap pohon. Gannon beserta agen lain memantau lewat monitor, mengamati setiap gerakan dan suara yang dihasilkan tim.

Namun, seperti yang kita tahu bahwa kemungkinan orang yang akan diselamatkan bisa kecil, melihat bagaimana kondisi rumah yang berdiri di tengah hamparan rumput. Bangunan itu jelas sudah hancur parah, gambarannya lebih dari kapal pecah. Hudson sampai berasumsi "tidak ada yang perlu dikhawatirkan"--maksudnya, akan kedatangan musuh secara tiba-tiba--dengan demikian, Spratt langsung saja memerintahkan tim untuk maju.

Dua tim bergerak, sisanya masih mengawasi keadaan; takut-takut yang terjadi ke depannya bisa jadi jebakan. Spratt dan Hudson bergerak di kepungan tim, langkah demi langkah akhirnya mendekatkan mereka ke bangunan hancur tersebut. Segera saja tim masuk karena tidak ada lagi pintu atau sesuatu lain yang menahan mereka untuk masuk. Hal pertama yang mengejutkan mereka bukanlah bagaimana kondisi dalamnya, tapi keberadaan mayat yang sudah membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap.

"Astaga," kata Hudson. Dia merasakan jantungnya mendadak berdetak kencang.

"Sepertinya kita harus buat daftar kunjungan untuk kepolisian," sahut Spratt.

"Bisa kalian identifikasi mayat siapa itu?" Gannon bersuara.

"Yang pasti bukan target kita, Pak," balas Hudson. "Kau tahu, Spratt."

"Tidak, aku tidak tahu." Spratt menyahut malas.

"Kita mengunjungi bangkai rumah yang jelas tidak menarik minat pengunjung."

"Agen, kami menemukan sesuatu di belakang."

"Tunggu, Pak," ucap Spratt kepada Gannon.

Spratt dan Hudson langsung saja berlari ke belakang, melewati barang-barang yang pastinya berserakan di lantai. Keduanya tiba di belakang, di mana dua mayat ditemukan mengambang di kolam renang. Spratt menyuruh anggota tim untuk menarik naik kedua mayat itu, kemudian mencari-cari sesuatu yang kiranya bisa diperoleh petunjuk. Namun, yang didapat lagi-lagi kekosongan. Seseorang mengambil sesuatu yang dapat memunculkan jejak untuk menutupinya.

"Melihat dari pakaian mereka, pasti anggota dari suatu pasukan." Hudson menghipotesiskan.

"Benar," Spratt setuju, "tapi seperti pasukan buatan. Maksudku, bukan berasal dari mereka yang bekerja untuk negara, atau pemerintah-swasta-eh, atau ... astaga kenapa linglung begini."

Hudson memutar bola mata. "Kita kurang istirahat, Bung."

"Tidak ada yang bisa dikorek informasi." Spratt mendengus.

"Kalau begitu, kita periksa mayat di dalam," usul sang rekan.

Spratt tertawa, tapi suaranya lebih terdengar seperti orang tersedak. "Keberanianmu sudah muncul, ya. Ke mana saja sejak tadi."

"Bicara apa kau?"

"Tidak perlu berpura-pura, aku melihat ketakutan di wajahmu ketika melihat mayat itu."

"Apa? Tidak! Itu bukan ketakutan."

Pria rambut hitam itu menempelkan telunjuknya ke bibir Hudson, kemudian menepuk pundak kiri sang rekan sambil berlalu. Lebih baik dia murung saja, pria rambut pirang itu pun mengikuti Spratt yang sudah melangkah masuk.

Di dalam, Spratt dan Hudson mendatangi mayat dengan pakaian serba hitam lebih dulu, karena penampilannya persis yang dikatakan Jessica. Sementara tim, masih sibuk mengelilingi ruangan lain sambil mencari-cari sesuatu.

DenouementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang