Bab 27

47 27 36
                                    

- - - -
Gannon mendecak. "Lihat, anak muda itu punya wajah seperti ayahnya. Aku tidak sabar ingin menunjukkan kepadanya siapa orang yang mengirim tamunya ke sana."

"Wah, Bapak punya semangat," bisik Hudson pada Spratt.

"Apa?" sergah pria tua itu.

Spratt langsung menahan tawa yang hampir menyembur keluar.
- - - -

"Senang bertemu denganmu Nona ...?" Quirin melempar raut muka bertanya.

Celsea mendengus pelan. "Lanford."

Kedua mata Gerry respons mengerjap cepat, dia ingin berdeham tapi memilih mengurungkannya. Sementara itu, Quirin tersenyum lebar mendengar jawaban si gadis.

"Jadi, apa yang kalian pikirkan? Bukannya selama ini kalian berusaha lari dariku?" tanya Quirin sarkas.

"Memberi surat yang kau mau itu. Aku hanya ingin semua ini cepat selesai, supaya aku bisa pergi dari kehidupan gadis ini," jawab Gerry lugas.

Celsea merasa dadanya baru saja dihantam, oleh sesuatu yang begitu menyakitkan. Jawaban Gerry tidak disangka-sangka. Menurutnya, jawaban itu hanya untuk Celsea di waktu kemarin, tidak waktu ini. Gadis itu sudah belajar merelakan.

"Aku suka kalian." Quirin terkekeh puas. "Kerja sama yang bagus antara ayah dan anak. Kau tahu, aku mengharapkan bisa seperti kalian."

Gerry sedikit menyipit. "Ini kedua kalinya aku mendengar, orang-orangmu mengatakan "ayah dan anak". Dari mana kalian tahu? Padahal kami tidak memberi tahu apa-apa tentang kami."

"Lanford, HRT sudah bergerak menuju ke arahmu. Bertahanlah."

Quirin terdiam. Beberapa detik kemudian wajahnya cerah. "Kalian lupa, siapa yang membuat semua kejadian ini? Tentu saja seorang wanita bernama Astrid, ibumu bukan?" Pandangannya tertuju ke mata hijau Celsea. "Jangan lupa juga, aksi kalian ini menebar pesona di berita. Banyak dugaan-dugaan di sana."

"Tidak salah, Lanford. Quirin menyogok polisi untuk melakukan pekerjaannya. Lalu mereka memanfaatkan Astrid untuk mendapatkan segalanya."

"Namun, ibuku tidak pernah mau membicarakan pria yang pergi meninggalkannya," bantah Celsea. "Dia memilih untuk membicarakan sesuatu yang berhubungan dengannya saja, alamat rumah misalnya, seperti yang dia ucapkan kepada polisi-polisi sogokanmu. Bukankah begitu? Dan camkan ini, ibuku bukan dalang dari semua kekacauan ini!"

"Omongan yang tajam, Nona."

- - - -
"Boleh jadi ... benar, Quirin mengirim orang-orangnya untuk mendatangi kembali rumah Lanford," duga Gannon.

"Sial," umpat Spratt.
- - - -

Gerry menatap Quirin semakin tajam. "Apa lagi yang kau ambil dariku?"

Pria rambut coklat itu diam lagi, bahkan tangannya yang sedari tadi memainkan gelas kini berhenti. "Tidak ada."

Bukan Celsea namanya kalau tidak menyemprot rasa penasaran dengan kata-kata. Namun, suara pria rambut coklat itu menyela lebih dulu.

"Suratnya."

Celsea berdeham. "Ibuku?"

"Ya, akan kuberikan setelah aku mendapat suratnya," balas Quirin.

Gadis itu langsung saja mengulur tangan dengan surat dalam genggaman. Wajah Quirin sangat berseri, wanita yang menuntun jalan tadi segera bergerak mengambil. Namun, Gerry lebih cekatan, dia menurunkan tangan gadis itu. Wajah Quirin berubah murung, wanita itu menghentikan gerakan tangannya.

"Apa? Sudah kubilang 'kan!" protes Quirin.

"Maaf Tuan, tapi aku tidak buta dan aku tidak melihat keberadaan wanita itu dan adik gadis ini di ruangan yang sama," telak Gerry.

DenouementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang