Bab 33

55 23 50
                                    

Tidak lebih dari lima menit, badan Celsea sudah sangat pegal. Ya, bagaimana tidak, gadis itu harus diam dalam posisi merangkak di atas rak buku sambil terus menjaga keseimbangan. Axelle yang menyuruhnya dengan alasan beban tubuh gadis itu tidak seberapa dengannya. Sementara lelaki itu, berdiri di samping rak. Bisa diartikan, aksi mereka untuk mengintai Hansel tanpa sepengetahuan pria itu.

Di perpustakaan belakang, Hudson terus bergerak. Pistolnya ditodong ke sana kemari. Sebuah kaca yang menjadi pembatas antara perpustakaan dengan taman baca, tidak lepas dari pengawasan. Sang agen merasa resah setelah mendengar Astrid telah diselamatkan. Artinya, semua pihak tinggal menunggu harapan darinya. Tekanan waktu juga mendorongnya untuk bergerak cepat melakukan misi.

"Kau jangan banyak bicara, ya? Diam saja dan ikuti aku," perintah Hansel, nadanya penuh penekanan.

Sammy mengangguk cepat. Malangnya bocah itu, badannya sudah kelewat gemetar akibat kekangan Hansel yang jelas dibilang keterlaluan. Bocah itu selalu diamanati dengan nada tinggi dan kadang perlakuan kasar supaya menurut. Tidak cuma itu, suara-suara mengerikan yang terus dia dengar belakangan ini--sebut saja tembakan, ledakan, atau suara orang-orang menyentak--tidak menutup kemungkinan munculnya trauma.

Saat ini, Sammy sedang dibawa ke sana kemari oleh Hansel. Padahal menurut bocah itu, jalan yang dilalui sedari tadi aman. Tidak menunjukkan tanda-tanda orang yang akan menghambat jalan mereka. Sesekali Sammy meringis karena tarikan Hansel yang mendadak kencang setelah berhenti sejenak; selepas melihat keadaan. Hansel benar-benar lupa pesan tuannya sendiri, Quirin, untuk tidak menyakiti bocah itu.

"Bukunya." Tangan Celsea terentang ke bawah, yang langsung disodorkan buku oleh Axelle.

Hansel dan Sammy hendak melewati rak mereka. Jantung Celsea langsung berdetak cepat, bahkan badannya sangat lemas dan ingin jatuh dari atas rak jika dirinya tidak terus menahan. Tidak dapat dipungkiri gadis itu ingin segera menarik sang adik dari orang-orang sialan suruhan Quirin.

Dua langkah begitu Hansel melewati rak, Celsea dengan cekatan melempar buku dari tangan ke kepala pria itu. Saat pria itu kesakitan, Axelle keluar dari balik rak, menendang belakang lutut Hansel hingga jatuh berlutut kemudian menahan kedua tangannya ke belakang. Sammy sangat ketakutan mendapati keributan itu.

"Sammy!" panggil Celsea.

Bocah itu bagai tersambar petir di siang bolong mendengar suara yang amat dikenalnya, suara yang sudah lama tidak dia dengar. Sammy menoleh ke segala arah sampai matanya menangkap sosok sang kakak yang tengah turun dari rak. Naas, adegan mengharukan harus terjeda oleh Celsea yang jatuh dari atas karena sebelah kaki terlipat ketika hendak turun. Gadis itu kesakitan, juga kesal minta ampun.

Axelle melihat itu memutar bola mata, sementara Hansel tidak dapat menutup tawa. Celsea sudah berdiri. Geram melihat Hansel tertawa, dia mengambil buku baru dan menghantamnya sekali lagi dengan kali ini ke wajah pria itu. Setelah itu dia berlutut, menarik sang adik ke dalam pelukan. Air mata membanjiri pipi, turun bersama kerinduan dan kebahagiaan. Diciumnya bocah itu ke dahi dan pipi hingga berkali-kali.

Axelle tersenyum tipis melihatnya.

"Agen, aku sudah bertemu Sammy," ucap Celsea dengan bibir gemetar dan suara serak. Dia melepas pelukan untuk memeriksa keadaan sang adik, sampai matanya menangkap bekas merah di tangan. "Kenapa ini?"

"Dia menarikku sangat keras," adu Sammy.

Kepala Celsea spontan menoleh ke arah Hansel, mata hijaunya menyipit. Tidak disangka-sangka pria itu sampai menelan ludah diberi tatapan intens seperti itu. Celsea pun berdiri, hendak memberi lagi serangan kepada Hansel. Namun, Hudson tiba-tiba datang dari arah belakang Axelle berikut HRT yang datang dari pintu depan dengan dobrakan sebelumnya.

DenouementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang