Liora keluar dari lift setelah pintu terbuka di lantai tiga, berjalan menyusuri ruangan yang mulai sepi. Beberapa petugas lain telah pulang, menyisakan empat orang petugas yang kini tengah bersiap pulang juga. Di bagian belakang, terdapat ruangan dengan banyak layar monitor yang hanya dijaga seorang pria. Dia pun masuk ke sana.
"Henry, aku dapat petunjuknya," bisik Liora setelah menutup pintu.
Senyum di bibir pria yang tengah duduk itu langsung mengembang. "Benarkah?"
Liora mengangguk, kemudian mengambil posisi duduk di samping Henry. "Siang tadi ibunya datang. Nah, ini nomor dan alamatnya. Nama gadis itu Celsea Winnetou."
"Gadis yang memiliki surat itu?" Henry memastikan. "Sempurna! Kau hubungi dia, nanti aku kirim data padanya."
Wanita itu menggeser kursi rodanya, menggapai telepon, dan menekan beberapa angka. Sambil menunggu balasan dari saluran aman, dia memerhatikan Henry yang sibuk di satu komputer membuka suatu jendela yang memiliki akses tersendiri. Malam di atas pukul delapan memudahkan keduanya beraksi tanpa saksi.
"Dengan siapa saya bicara?"
"Ms. L. Aku dapat petunjuk gadis itu, Mr. H akan mengirim datanya."
Telunjuk Henry menekan tombol enter di papan ketik, saat itu juga data-data yang menyangkut identitas Celsea terbuka dan terkirim ke luar sana. Tidak ada balasan, tapi Liora tahu mereka pasti sedang memerhatikan datanya.
"Bagus. Temui perantaraku besok di jembatan, larut malam."
"Terima kasih."
Liora menutup sambungan, Henry menghapus jejak retasan. Keduanya high five dengan tawa pelan. Tugas mereka selesai.
Keesokan hari, kantor kembali ramai oleh petugas setempat. Laporan perihal penyerangan seorang gadis yang diterima kemarin kini tengah dibuat, mengontak kepolisian daerah Rolla pun sudah dilakukan beberapa menit lalu. Di piket, Liora sedang berjaga, mengambil kesempatan cuti temannya untuk menjalankan aksi. Sementara itu, di lantai tiga Henry menyesap kopi di ruangannya, sedari tadi pandangannya tidak lepas dari layar monitor. Jendela terselundup itu kembali dibuka dan dia sedang menunggu sesuatu untuk muncul.
Saat yang bersamaan, yang mereka tunggu-tunggu tiba. Layar menampilkan notifikasi surel dan telepon di piket berdering. Henry dan Liora dengan cekatan membalas sebelum durasi tiga menit yang orang itu berikan selesai.
「▪」
Sebelum benar-benar terbangun dari alam bawah sadar, Celsea merasa sesuatu yang empuk dan hangat menyentuh punggung. Seperti sofa. Gadis itu langsung membuka mata ketika otak mempertanyakan keberadaan sofa di kamar mandi; mungkin kecuali kamar mandi seperti istana yang dimiliki seorang miliuner.
Tidak salah, dia memang benar berada di sofa di ruang tengah. Sejenak Celsea berpikir mengenai kepindahannya, tapi sayang, sang otak tidak mau bekerja sama jika perut kosong. Celsea pun beranjak.
Setelah mencuci wajah, Celsea merasa berseri dan lebih segar. Dia keluar menuju dapur, melewati ruang tamu beserta pintu depan. Langkahnya terhenti tatkala mendengar suara keramaian di balik pintu. Rasa penasaran gadis itu menuntunnya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Celsea menyibak tirai yang menutupi jendela, pegangannya berubah cengkeraman saat suasana tegang di luar sana ditangkap indra penglihatan. Mobil-mobil memenuhi pekarangan, orang-orang dengan rompi bertuliskan 'polisi' mengepung, beberapa di antaranya berada di depan pintu dan siap mendobrak. Todongan senjata mereka membuat Celsea menciut lemas.
Langsung pikirannya teringat sosok Gerry, sosok yang tidak ditemui lagi setelah kemarin mengunci diri di kamar mandi.
"Kepung dia!"
![](https://img.wattpad.com/cover/228264153-288-k990880.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Denouement
AksiyonSuatu pagi, si tetangga bercerita kepada Celsea bahwa dia mempunyai sahabat pena dari Korea. Hal itu membuat Celsea penasaran seperti apa rasanya memiliki sahabat pena sehingga mencobalah dirinya membuat surat untuk seseorang yang didapatkannya dari...