Spratt dan Hudson bersamaan membanting pintu mobil, kemudian berjalan dengan langkah cepat ke seorang pria rambut putih di tangga bawah jembatan. Dia sedang berdiri membelakangi dengan kepala mendongak. Rupanya Hudson ikut apa yang dilakukan pria tua itu, tapi dia mengernyit karena yang dilihat sama sekali bukan hal menarik.
"Pak!" panggil Spratt, kepada pria yang siapa lagi kalau bukan Jude Gannon.
Gannon masih bergeming, entah dia sibuk melamun atau memang tidak mendengar karena suara Spratt tertelan angin kencang. Kali ini Hudson memanggil.
"Pak!" panggilnya lebih keras.
Masih juga bergeming. Bersamaan kedua agen itu merutuk, yang satu berdecak dan yang satu mendengus kencang. Mata Spratt membulat melihat batu kecil tidak jauh dari posisi kakinya, segera dia ambil kemudian dilempar ke tangga. Suara benturan nyaring berhasil membuat pria tua itu terlonjak kaget. Namun, responsnya kelewatan, dia berbalik sambil menodong pistol. Respons Spratt dan Hudson melangkah mundur sambil berseru panik.
"Tenang, Pak! Ini kami!" seru Spratt.
Hudson mengangguk cepat. "Ya! Anak tiri tercintamu."
Spratt mengernyit tidak percaya. Dia menoleh menatap Hudson dengan tatapan horor bercampur geli.
Gannon mengembus. "Kukira siapa." Kemudian menyimpan kembali pistol dan berjalan turun.
Belum sempat memposisikan diri untuk berdiri nyaman, Spratt sudah menyerang Gannon dengan pertanyaan. "Bapak tadi bilang Alexander Quirin? Bukankah dia kakak dari Alexa Quirin? Si kembar tidak identik dari anak bos kartel korupsi itu 'kan."
"Spratt," tegur Hudson pelan.
"Maaf." Spratt mengatup bibir.
"Ya, kau tidak salah," sahut Gannon sambil mengangkat map coklat. "Di sini ada beberapa informasi yang mungkin kalian perlukan, sebagian besar menyangkut Alexander Quirin, tentunya. Aku percayakan masalah ini kepada kalian dan beberapa orang lain, sisanya mengikuti naluri saja mengingat agen terbaik CIA kita baru saja dikhianati. Ah, bukan baru, sebenarnya sudah lama."
"Dikhianati?" ulang Hudson dengan wajah sangat terkejut. "Maksud Bapak, agen kita, Richard dan Gibran?"
Gannon mengangguk, tatapannya seketika redup. "Gibran mengkhianati rekannya sendiri, memata-matainya, bahkan dia mati di tangan rekannya sendiri. Atas pengkhianatan itu, informasi yang berhasil dikumpulkan Richard selama tujuh tahun bocor ke telinga Quirin sendiri meskipun Quirin belum memilikinya. Menyebabkan dia sampai tergila-gila untuk mendapatkannya. Karena itu juga, presiden terpaksa memberi tahu tentang informasi itu kepada hampir semua badan intelijen yang memungkinkan."
"Wah, tidak kusangka," respons Hudson.
"Memang, informasi apa itu?" tanya Spratt.
"Koordinat sebuah patung, tapi belum sempurna. Koordinat itu harus digabungkan dengan yang milik menteri keamanan, barulah sempurna. Yang menjadi bahaya yaitu karena pihak Quirin memiliki setengah bagian dari koordinat itu, sudah tahu 'kan apa yang terjadi kalau informasi itu sampai berhasil ke tangannya. Oh, ya, patung itu menyimpan sebuah disk yang isinya hanya diketahui presiden, menteri keamanan, dan Richard sendiri. Richard juga bisa tahu karena tugas yang diberikan menteri keamanan. Kalau tidak ada tugas itu, dia sendiri juga tidak akan tahu," papar Gannon.
"Menarik! Dan sekarang, informasi itu ada juga di tangan teman kita, Gerry Lanford," ucap Hudson.
Spratt teringat janjinya. "Omong-om--"
"Aku menyebut dia sebagai kakak kalian," potong Gannon, kemudian tersenyum. "Kalian punya kemampuan yang tidak jauh beda dengan Lanford. Jadi, atas perintah atasan juga, selamatkan nyawanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/228264153-288-k990880.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Denouement
AksiSuatu pagi, si tetangga bercerita kepada Celsea bahwa dia mempunyai sahabat pena dari Korea. Hal itu membuat Celsea penasaran seperti apa rasanya memiliki sahabat pena sehingga mencobalah dirinya membuat surat untuk seseorang yang didapatkannya dari...