Bab 12

62 33 43
                                    

"Kita sama-sama wanita, gender yang suka dianggap lemah oleh pria. Mari kita buktikan bahwa omongan mereka itu salah," ucap wanita itu sambil memainkan ujung rambutnya. "Dibuktikan dalam bentuk apa? Mudah saja, dalam momen ini, serahkan surat itu kepadaku dan kita bisa melupakan seolah semuanya tidak pernah terjadi. Jadi, dengan begitu aku bisa menunjukkan kepada mereka kalau cara sederhanaku ini berhasil, tidak perlu repot-repot seperti yang para pria lakukan."

Celsea tidak menggubris, tubuhnya benar-benar dikunci oleh rasa takut sehingga tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdiri dengan tubuh gemetar di hadapan wanita rambut biru itu. Melihat sekop masih dalam genggamannya, Celsea menelan ludah, bersiap menerima nasibnya akan sama seperti Gerry bila dia menolak memberi surat.

Namun, apapun yang terjadi, Celsea sudah memiliki tekad bahwa surat tetap berada di genggamannya sampai dia tahu siapa seharusnya yang berhak mendapat. Melihat kejadian-kejadian lalu dan bagaimana Gerry melewatinya, Celsea yakin dirinya bisa selamat--selama bersama pria itu.

Setelah beberapa menit keheningan menyelimuti kedua perempuan itu, Celsea sadar tidak ada pengincar lain yang menginginkan dirinya beserta Gerry tewas (bila tidak menyerahkan surat). Hanya wanita rambut biru neon itu yang tengah menghadapi.

Akhir dari omongannya, wanita itu berbalik dan memainkan sekopnya dengan gerakan bosan dan marah. Suara gesekan di lantai yang ditimbulkan benda berbahan aluminium itu membuat telinga Celsea sakit. Di samping kebisingan itu, ada pengalihan yang ditawarkan tanpa sadar; Celsea menoleh ke samping dan terlihatlah Gerry sedang fase siuman. Jari-jari tangan pria itu mulai bergerak, sampai saraf-sarafnya kembali pulih dia memijati kepala belakang. Lewat penglihatan kabur, samar-samar dia menangkap gerakan tangan.

"Apa?" Raut muka wanita itu berubah waspada ketika menangkap basah gadis di hadapan tengah melambai, pandangannya langsung tertuju ke arah Gerry, dan sesaat kemudian tersenyum. "Kau berhasil membuatnya bangun?"

"Berhenti!" seru Celsea sambil berlari mendekati wanita itu yang sedang berjalan ke arah Gerry.

Dalam satu gerakan cepat, wanita itu menarik pistol dan menodongnya kepada Celsea, membuat gadis itu respons mengangkat kedua tangan dan melangkah mundur. Dia pun terkekeh sambil menggerakkan pelan laras pistol. Di belakang pengawasan, Gerry dengan perlahan menggapai sekop di tangan wanita itu sambil memberi kode pada Celsea untuk tetap diam lewat kontak mata.

Sayangnya, wanita rambut biru neon itu memang ditakdirkan untuk selalu bergerak cepat. Kini dia menangkap basah Gerry yang hendak menarik sekop dari tangannya. Langsung saja dia jauhi benda itu dengan melemparnya asal ke belakang.

"Sayang, kau membuatku marah!" gertaknya.

Celsea menatap ngeri wanita itu yang sedang mendekati Gerry layak orang kesurupan. Mendapati singa betina akan mengamuk, Gerry mengangkat tubuh ke tangga untuk menjauhi wanita itu. Celsea menegang seketika saat tangan wanita itu berhasil menahan sebelah kaki Gerry. Ada jeda di antara mereka yang membuat detak jantung Celsea meningkat lebih cepat. Wajah penuh keringat dingin Celsea menoleh, mata hijaunya menangkap sekop yang tergeletak begitu saja di dekat pintu. Kembali dia menoleh ke arah tangga, dipandangnya dua insan yang tengah bertatapan penuh emosi.

"Kau tahu? Di sini hanya kita berdua, orang-orang itu tidak akan datang ke sini karena mereka tahu sekarang sudah tugasku untuk melayanimu," ucap wanita itu, suaranya sangat rendah.

Gerry menatap enggan wajah si wanita yang semakin mendekat. "Bagaimana dengan yang satunya?"

"Charlotte? Dia temanku, tapi kau tahu kadang-kadang kami musuhan dan ya, dia akan datang kepadamu setelah ini," balasnya diikuti senyum sinis.

"Bukan itu maksudku." Tatapan Gerry beralih dari mata wanita itu dan mengangguk cepat.

Wanita itu mengernyit, segera dia berbalik dan hantaman sekop menyambutnya telak. Dia mengerang dan jatuh di atas tubuh Gerry, buru-buru pria itu melemparnya ke samping, kemudian menerima uluran tangan Celsea untuk berdiri. Baru turun satu anak tangga, kaki Gerry berhasil disandungnya. Dada Gerry pun dengan sempurna menghantam anak tangga. Melihat hal itu respons Celsea mengaduh sambil mengelus dada, merasa tersugesti.

DenouementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang