bagian dua

542 53 12
                                    

"Annya jangan lupa sapa tamu - tamu ya," perintah Mina kepada Annya, sambil membenarkan tatanan rambut Annya.

"Ma, tamu nya banyak kah?"

"Em, lumayan. Mungkin cuma 200 an orang aja, Nya," jelas Mina sambil memperhatikan baju Annya sudah rapi atau belum. Untuk bagian merias sang anak, Mina selalu tidak ingin jika stylist yang merias, Mina selalu merias wajah, hingga rambut Annya. Bahkan memilihkan sepatu untuk Annya.

"Ma," panggil Annya sambil berbalik ke arah Mina, "Ini mau pesta atau mau peringatan kematian sih?" tanya Annya dengan nada yang heran.

"Peringatan kematian dong."

Annya menautkan alisnya, "tapi kok banyak banget yang di undang. Semua kenal ya sama Nyonya Arin?"

"em,ya. Semua kenal sama mama Arin," ucap Mina sambil membenarkan hanbook Annya yang yang sudah rapi.

Annya hanya mantuk - mantuk. Tiba - tiba terlihat Mark dari arah belakang, masuk ke dalam ruangan rias Annya. "Papa..." panggil Annya sambil tersenyum, dan memandang Mark lewat kaca.

Mark melamun melihat wajah cantik anak nya.

Benar - benar mirip dengan Arin, bahkan semesta mungkin tidak akan percaya ini!

Mark melihat wajah Annya, seperti melihat Arin sewaktu masih hidup. Mark menanggapi senyuman Annya, lalu mendekat dan memegang pundak Annya.

"Cantik banget Annya, mirip banget sama Arin," ucap Mark tanpa sadar.

Mina langsung melihat ke arah Mark, meskipun Arin sudah meninggal. Bukannya wajar jika Mina cemburu? Mina juga sadar, Mark sering melamun akhir - akhir ini.

Mina tersenyum, lalu merangkul Mark.

"Iya, Annya cantik ya," saut Mina sambil melihat wajah Annya.

"Udah siap kan? Keluar sekarang? Tamu udah ada yang datang perkeluarga," ajak Mark sambil menunjuk pintu keluar.

Annya melihat ke sekeliling ruangan di dalam gedung mewah milik keluarga nya ini. Tepat di depan ada foto mendiang Arin yang di pajang di antara bunga - bunga.

 Tepat di depan ada foto mendiang Arin yang di pajang di antara bunga - bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annya mendekat ke foto mendiang itu. Lalu menatap lamat wajah cantik mendiang yang sangat mirip dengan diri nya. "Kok bisa ya kita mirip? Padahal kan kita nggak hubungan darah kan?" ucap Annya berbicara kepada foto itu.

Annya lalu memejamkan matanya, menautkan jari jemari nya, lalu berdoa.

Berdoa untuk mendiang Arin.

Selesai berdoa, Annya menyusun rapi bunga - bunga tersebut. Menambah kan bunga Lily putih di samping foto mendiang. Lily putih adalah bunga kesukaan Annya.

Mark menghampiri Annya, lalu Annya tersenyum menyambut kedatangan sang ayah. Mark melihat ke arah foto mendiang mantan istri nya, lalu menautkan alisnya, sembari bertanya.

[3] Here After 3 - Annya Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang