—halo readers ku tersayang🥺 keluarga online ku yang sangatttt aku banggakan dan cintaiiiii🥺🥺🥰🥰
—apakabar? Semoga baik yaa😘Cuma mau bilang, maaf jarang update:( aku nulis cerita biasanya cuma hari jumat sore/sabtu/minggu. Karena iya emang itu hari Free nya. Jadi. Kalian mau nunggu kan? Ily🥰
Lanjut ke cerita nyaa... maaf kalau alurnnya nggak jelas😔😔🥰
••••^^••••
"Mau ngapain ma?" tanya Annya sambil menutup pintu kamar itu perlahan, dan mengikuti Mina dari belakang.
Mina duduk di samping tempat tidur nya, sambil menatap ke arah bawah, dan menggenggam foto kecil yang Annya belum tau itu foto siapa.
Annya meletakkan HP nya di meja rias kamar ini, dan duduk di samping mama nya. "Kenapa ma? Jangan sedih," ucap Annya sambil menggenggam tangan Mina yang menggenggam foto itu.
Mina tersenyum teduh ke arah Annya.
Lalu membuka genggaman tangan itu. Terlihat foto papa nya saat masih muda, menggunakan seragam sekolah berfoto bersama perempuan yang sangat mirip dengan diri nya. Ah.... itu Arin.
Annya hanya menautkan alisnya, tanda tidak mengerti. Akhirnya, Mina angkat bicara tentang foto itu.
"Mama nemuin foto ini di tas kerja papa," ucap Mina sambil melihat foto itu dengan mata sayu, seperti orang yang kehilangan harapan.
"Tas.... kerja... papa?"
Mina mengangguk. Mau bagaimana pun, meskipun Arin sudah menjadi mendiang. Rasa cemburu itu tiba - tiba muncul setelah sekian lama.
"Maksud mama, papa suka sama orang yang sudah meninggal?"
Mina hanya bisa diam. Bagaimana bisa? Tidak masuk akal sekali.
Annya memijit pelipisnya, "what the hell,"
Lalu Mina berjongkok menghadap ke kasur, dan membuka laci tersembunyi yang ada di bawah tempat tidur itu. Annya ikut berjongkok di samping Mina, dan membantu Mina membuka laci yang panjang itu.
Saat terbuka, laci itu berisi surat - surat yang di gulung rapi, dengan tali berwarna coklat khas packing belanja online yang aesthetic itu. Ini seperti lautan surat yang digulung, sungguh. Sangat banyak. Sekali. Surat - surat ini.
"Ini mama yang nulis?" tanya Annya, kepada Mina di sebelahnya.
Mina menggeleng.
Annya bergegas mengunci pintu, dan menutup korden jendela yang tinggi itu. Lalu kembali duduk di samping Mina, duduk di lantai kamar itu.
Sambil berbisik Annya bertanya, "jadi maksud Mama, ini semua punya papa?"
Mina mengangguk sembari berkata, "iya Nya. Mama baru nemuin ini tadi, pas mama sama papa lagi adu argumen."
Annya memegang surat itu satu - persatu. "Jangan bilang ini buat...."
"Arin."
Ucap ibu dan anak itu bersamaan. "What the fuck," umpat Annya. Annya bukan gadis yang dengan mudah mengumpat, jika Annya sudah mengumpat, pasti itu permasalahan yang serius. Kali ini, sangat serius. Karena apa? Annya mengumpat di depan sang ibunda.
Annya memegang lautan surat yang tergulung itu, "Mama selama ini bener - bener nggak tau papa nulis segini banyak nya?"
Mina menggeleng, dengan air mata yang sudah memenuhi pelupuk mata, dan menunggu giliran untuk terjun.
Annya meraih pundak sang ibunda, "its okay mom, dont cry im here with you, its okay, everything gonna be okay," ucap Annya sambil memeluk Mina, dan mengelus - elus pundak Mina dengan halus. Annya memang sangat mirip dengan Arin. Bahkan terkadang, teman - teman Mark dan Mina mengatakan,
"Itu Arin hidup lagi?"
"Loh, Rin. Kok lo di sini?"
"Arin..... nggak menua?"
Sampai terkadang, Annya harus mengenalkan dirinya secara rinci kepada teman - teman mama dan papa nya tersebut.
Annya masih menenangkan Mina yang berlinang air mata. Apakah ini bentuk.... selingkuh? Ah, tidak masuk akal. "Ma... Ki-kita nunggu papa pulang, terus kita selesaian ini secara kekeluargaan ya, jangan nangis lagi, Annya sedih liat nya," ucap Annya sambil memberikan senyum tulus ke arah mama nya itu.
Annya mempapah Mina untuk berdiri, dan memdudukan Mina di atas ranjang besar itu. "Yaudah, kalo gitu Annya mau ke kamar dulu ya," ucap Annya sambil meninggalkan Mina.
Annya menutup pintu kamar itu dengan pelan. Apakah ia akan menjadi anak broken home yang salah pergaulan? menjadi anak broken home yang harus mengemis kasih sayang orang tua? menjadi anak broken home yang setiap saat mendengar kedua orang tua mereka berteriak? Semoga tidak Tuhan.
Annya memasuki kamar nya. Duduk di kursi belajar nya, dan menopang dagu nya sambil,melihat bingkai foto yang terdapat Papa, Mama, dan diri nya sambil meniup kue ulang tahun yang megah nan tingkat dengan angka 16.
Annya menenggelamkan kepala nya, sambil mencoba menjernihkan pikiran nya.
"Nya...." panggil bibi sambil mengetuk pintu Annya.
"Iya?" jawab Annya dari dalam kamar. Annya sedang malas untuk keluar kamar.
"Ada temen Annya dateng ke rumah, satu orang. Cowok, ganteng," jelas bibi secara rinci.
Annya menautkan alis nya, "Sanha?" tanya Annya yang masih di dalam kamar.
"Bukan, namanya siapa tadi ya?" tanya bibi kepada dirinya sendiri sambil menggaruk - garuk tengkuk kepala nya itu.
Karena penasaran, Annya langsung membuka pintu kamar nya dan turun ke ruang tamu di ikuti dengan asisten rumah tangga yang berada di belakang nya. Tapi, setelah sampai ruang tamu,
Kosong?!
Annya berbalik ke arah bibi dengan tatapan sebal sambil melipat tangan nya, "Bi, jangan bercanda dong. Tau gitu aku nggak mau keluar kamar," ucap Annya sambil dengan mood yang sedang hancur dan tidak karuan.
Bibi menggeleng melihat seorang Annya sebal. Karena, tidak biasanya Annya marah. "Bukan, orang nya ada di luar ngobrol sama satpam," jelas bibi.
HA?!
Teman Annya? Mengobrol dengan satpam rumah nya? Teman Annya lelaki? Yang akrab dengan satpam?
Annya berlari kecil sambil membuka pintu rumah nya, melewati taman yang lumayan luas nya, lalu melihat keberadaan lelaki yang di deskripsikan oleh bibi.
Annya menyipitkan matanya, karena jarak nya dengan pos satpam lumayan jauh.
Annya berjalan ke arah pos satpam, dan semakin mendekat. Ia menemukan keberadaan seorang lelaki sebaya nya yang sedang bercanda dengan satpam rumah nya sambim menyedu kopi. Bedanya, satpam meminum kopi buatan rumah, dan teman sebaya nya ini meminum kopi starbucks yang terlihat sangat hitam pekat, sepertinya sangat pahit.
Semakin Annya mendekat, lelaki itu pun menyadari keberadaan Annya.
"Na Jaemin?"
Jaemin dengan senyumnya, menyambut Annya malam itu. "Selamat malam Annya."
Here After 3
Maaf lama yaa:( ily kalian <3

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Here After 3 - Annya Lee ✓
Random[END] Masa lalu ku hanya berisi luka. The Next of Here After 2 copyright ©zezeuss , 2020