bagian dua puluh lima

186 30 3
                                    

ig : zezeuss1




🧚🏻🧚🏻🧚🏻



Mark pulang ke rumah nya. Menemui anaknya, yang mungkin sedari tadi sudah menunggu di depan rumah menggunakan outer yang lumayan tebal. Karena malam hari begini dingin.

"Kenapa Nya?" tanya Mark sambil tersenyum, dengan mata lelah nya.

Annya langsung menghampiri sang ayah. "Papa, mau cerai sama mama?" tanya Annya berterus terang. Sekali lagi, Annya tidak suka basa basi.

Mark tidak menjawab. Hanya diam saja.

"Pa, Annya butuh jawaban papa."

Mark tetap tidak menjawab. Mark memilih diam dari pada melontarkan suatu fakta yang bisa melukai hati anak semata wayang nya.

"Papa.... papa cuma nggak bisa hidup gini terus, Nya," ucap Mark yang memasukkan tangan nya ke dalam outer nya.

"Hidup gini gimana maksud papa? Annya nggak ngerti. Papa bisa jelasin? Biar Annya jadi anak yang cuma punya satu orang tua dengan alasan yang jelas kelak," ucap Annya mencoba meminta penjelasan dari sang Ayah. "Emang mama ngekang papa? Emang mama larang pap buat ngelayat ke kuburan? Papa nggak bisa jawab kan? Pada akhirnya mama emang nggak ngelakuin semua itu. Papa egois ya ternyata, sumpah Annya kira papa nggak kayak gitu. Sekarang, kalo papa maunya cerai sama mama, oke Annya terima. Tapi tolong berikan hak asuh Annya ke mama, Annya nggak mau hidup serumah sama papa," ucap Annya lalu berlalu pergi masuk ke dalam rumah.

Sebelum benar - benar masuk ke dalam rumah, Annya berbalik dan mengatakan satu kalimat kepada Mark. "Pa, Annya minta maaf kalo perkataan Annya barusan nyakitin papa. Tapi, emang gitu yang Annya rasain. Annya cuma dapet kasih kayang papa sampai umur 15 tahun, selebihnya Annya urus hidup Annya sendiri," ucap Annya lalu benar - benar berlalu masuk ke dalam rumah.

Mark menyandarkan badannya di mobil.

Merasa menjadi ayah paling berdosa di semesta. Karena gagal menjadi kepala keluarga dan menjadi ayah bagi anak semata wayangnya. Mark terus saja menyalahkan dirinya sendiri, tidak ada tempat bercerita di sini.

Mark memasuki rumah nya. Rumah yang ia anggap sebagai tempat paling ternyaman di dunia, kini berubah alur menjadi tempat asing yang entah dari mana datangnya pemikiran seperti itu.

Mark memasuki kamarnya yang berantakan. Terlihat Mina yang sedang tertidur dengan pose seperti orang yang ada di peti mati. Wajah Mina yang berseri tidak dapat Mark lupakan. Mark bingung dengan perasaannya sendiri saat ini. Menjadi lelaki paling brengsek di dunia.

Mark duduk di sisi ranjang nya. Tepatnya di samping badan Mina yang tengah tertidur.

Mark menyentuh puncak kepala Mina. Dan mengelusnya, Mark bingung kepda dirinya. Yang di depannya saat ini adalah wanita yang sangat ia idam kan dulu, wanita yang sangat ia harapkan.

Mark meneteskan air matanya.

"Maaf Mina. Aku bego, aku nggak pantes buat kamu. Kamu.... kamu...," Mark tidak dapat lagi menahan tangis nya.







🧚🏻🧚🏻🧚🏻








Minju masih saja menangis. Menyembunyikan wajah cantik nya di bantal. Meredupkan lampu kamar nya, dan tidak tau ingin melakukan aktivitas apa dari pada menangis.

"Apaan sih gue punya sahabat kok kayak gitu. Sanha doang yang bener - bener sahabat gue, sama... Jeno. Tapi, Jeno nggak mau nganggep gue temen," ucap Minju berbicara sendiri.

Minju menangis. Sebenarnya sedang telfonan dengan Sanha sekarang, "heh lu ngapain ngomong sendiri? Patah hati nggak buat lo gila kan Nju?" tanya Sanha dari seberang sana.

[3] Here After 3 - Annya Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang