"Udah cukup?" tanya Jeno singkat, sambil melihat beberapa barang percobaan yang Annya gendong di depan nya.
Barang nya lumayan banyak, ada yang kecil - kecil juga. Kalo jatuh kan ribet juga.
"Bawa sendiri bisa kan? Gue duluan," ucap Jeno lalu meninggalkan Annya tanpa basa - basi.
Annya melihat Jeno yang semakin lama semakin menjauh, 'ini seriusan Jeno nggak mau nge bantu gue?' batin Annya.
Annya menghela napas nya, ternyata Jeno benar - benar berbeda dengan Jaemin. Annya membawa barang bawaan nya itu dengan hati - hati agar tidak ada yang jatuh lalu hilang.
"Makasih Mister," ucap Annya sambil tersenyum.
Tapi, guru itu tidak dapat melihat wajah Annya. Karena tertutup oleh barang - barang yang Annya bawa. Annya langsung keluar Laboratorium dan berjalan pelan menuju kelas nya. Annya sungguh tidak bisa melihat ke depan, tertutup oleh barang percobaan ini.
Padahal kan ini hanya sebagai contoh, contoh yang hanya di gunakan oleh guru yang mengisi jam mata pelajaran kelas Annya.
"Sini Nya gue bantu," ucap seorang wanita yang Annya kenali suaranya.
Annya tersenyum melihat Heejin yang baik membantu nya. "Tau aja gue lagi keberatan," ucap Annya sambil memberikan setengah dari barang bawaan nya.
"Anak unggulan nggak ada yang mau bantu?"
"Bantu sih, cuma ambilin barang nya doang. Selebihnya, gue sendiri yang bawa," ucap Annya sambil jalan di samping Heejin, dan menggendong peralatan itu.
"Jeno ya?"
Annya langsung memutar kepala nya ke arah Heejin, lalu memasang wajah terkejut. "Kok tau? Lo ikutin gue ya?"
"Udah biasa. Semua anak unggulan biasanya bantuin, kecuali Jeno," ucap Heejin sambil lanjut berjalan di sebelah Annya.
"Beneran?!" tanya Annya dengan tatapan terkejut.
Heejin mengehla napas nya, "Bahkan, waktu itu gue lagi bawa bola basket banyak banget. Satu jaring itu isinya ada 12 bola. Jeno cuma ngelihat gue, terus lanjut gitu aja. Jadi cowok nggak gentle, heran gue," ucap Heejin dengan nada sewot nya.
Annya mantuk - mantuk sambil bibirnya membentuk huruf O.
"Jeno emang dari kelas sepuluh kayak gitu?" tanya Annya, sambil melihat Heejin sekilas, lalu kembali menatap ke arah jalan.
"Em, ya. Dari janin mungkin Jeno udah begitu. Pas pembagian akhlak, kembaran nya gantri paling depan. Jeno mager, jadinya nggak mau antri. Jadi, sampe sekarang Jeno nggak ada akhlak," ucap Heejin lalu di akhiri dengan senyuman pasrah.
Annya tertawa. Lucu sekali Heejin membicarakan Jeno seperti ini.
"Tapi emang sih, kayaknya Jeno emang introvert," sambung Annya kepada Heejin.
Heejin menghela napasnya lagi, "Bukan introvert lagi."
"Terus apaan?"
"Triple Introvert."
•
"Itu Nya, Jeno Nya," ucap Lia sambil menunjuk - nunjuk Jeno dan menarik - narik Annya yanng sedang makan. Sedangkan Jeno,yang hanya mengambil makanan di kantin, sambil menggunakan masker putih, dengan rambut yang acak - acak an.
"Ya terus kenapa," ucap Annya dengan nada yang sedikit emosi.
"Lo suka kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Here After 3 - Annya Lee ✓
Random[END] Masa lalu ku hanya berisi luka. The Next of Here After 2 copyright ©zezeuss , 2020