bagian tujuh

226 36 5
                                    

"Udah dua jam di sini, masak guru nya nggak mau ngasih peringanan sih?" gerutu Annya sambil memainkan mengipas - ngipas kan dirinya, menggunakan telapak tangan.

Saat ini, Annya di jemur di lapangan.

Lumayan sih rasanya, tapi ya mau bagaimana lagi. Annya salah informasi, lebih tepatnya semua ini karena Annya tidur cepat. Sebenernya, tidak terlalu cepat sih, karena jam 10 an malam.

Annya meringis. Panasnya matahari sangat terasa di siang hari ini, niat hati ingin membeli sesuatu di kantin. Tapi, Annya meninggalkan dompetnya di kelas, dan tidak berani memasuki ruang kelas terlebih dahulu, sebelum hukuman ini di cabut oleh guru.

Annya tidak di suruh berlari oleh guru.

Melainkan hanya di suruh berjemur di lapangan. Tapi... Mengapa ini terasa begitu melelahkan?

Annya menyandarkan punggungnya di tempat duduk tribun yang ada di samping lapangan olah raga itu. Sambil memejam kan matanya, tetapi sinar matahari yang cerah itu masih bisa mendapat celah untuk masuk ke sorot mata Annya.

Di saat sedang menutup mata. Tiba - tiba sorot cahaya itu hilang, Annya berpikir bahwa dirinya pingsan, tapi Annya masih belum membuka matanya.

"Nya...?" ucap seorang sambil menggoyangkan pundak Annya. Membuatnya terbangun, dan ternyata ia tidak pingsan.

Perlahan Annya membuka matanya, dan menemukan seseorang berambut cokelat hazel yang sangat menawan. Dengan tubuh lumayan bongsor,





Na Jaemin?!





Secepat itukah ia pindah kemari?! Setelah melihat keberadaan Jaemin, Annya langsung otomatis duduk tegak. "Loh, kok cepet pindah sini nya, Jae?" tanya Annya sambil duduk dan kepalanya mengarah ke Jaemin yang berada di sebelah nya.

Sebelum menjawab pertanyaan Annya. Jaemin duduk sambil menyandarkan punggung nya, "Iya, aslinya udah mau pindah dari lama. Cuma, baru kesampaian sekarang," jelas Jaemin.

Annya hanya mengangguk tanda mengerti. Sambil bibirnya yang membentuk huruf 'o' dan menyandarkan punggungnya kembali.

"Kamu... Di luar ngapain? Bukannya sekarang waktunya pelajaran?" tanya Jaemin, sambil mimik wajahnya yang teringat akan sesuatu. Jaemin memberikan air mineral dingin, di siang hari yang panas ini, bukan kah sangat serasi jika meminum air dingin juga?

"Nih..." ucap Jaemin sembari memberikan botol minum berisi air mineral dingin itu kepada Annya.

"Buat aku?" tanya Annya dengan ekspresi wajah terkejut sambil menunjuk dirinya sendiri.

Jaemin tersenyum kecil, sambil langsung memberikan botol itu kepada Annya.

"Makasih ya Jae. Tau aja kalo aku belum minum dari tadi," ucap Annya sambil meneguk dengan cepat air yang pemuda tampan itu berikan. Selesai minum, Annya melontarkan pertanyaan kepada Jaemin, "Kamu di luar ngapain? di hukum?" tanya Annya.

Jaemin tersenyum kecil, lalu menjawab. "Bukannya di hukum, cuma masih di suruh muter - muter sekolah. Katanya sih biar hafal tempat - tempat nya," jelas Jaemin lalu kembali menatap ke depan.

"Dari pada muter - muter sendiri, aku temenin aja gimana? Biar kamu ceper hapal nya, nanti kali di tanya guru.. bilang ya kalo aku di suruh nunjukin tempat - tempat setiap ruangan di sekolah ini ke kamu," ucap Annya dengan semangat sambil tersenyum lebar.

Membuat Jaemin terkekeh, sambil menunjuk sedikit barisan gigi nya yang rapi. "Boleh. Tapi mau duduk dulu atau langsung lanjut muter - muter?" tanya Jaemin kepada Annya.

"Emm... duduk dulu nggak papa kan? Bentar aja, hehehe" ucap Annya kepada Jaemin.

Di balas senyuman oleh Jaemin, yang artinya juga iya.

[3] Here After 3 - Annya Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang