Pingsan

5.4K 457 23
                                    

Thanks yang udah baca sampe part ini, seneng banget deh baca komen kalian semua♥Happy reading__

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks yang udah baca sampe part ini, seneng banget deh baca komen kalian semua♥
Happy reading
__

Gilang menghela nafas panjang, bukan itu yang membuatnya kesal, ia kesal pada dirinya sendiri yang mudah sekali cemburu. Gilang sangat percaya pada Ica, tapi hatinya terus-terusan gelisah jika melihat Ica berdekatan dengan laki-laki lain. Ia takut Ica meninggalkannya.

"Bukan," jawab Gilang datar.

Ica mengerutkan keningnya, ia menahan badan Gilang yang akan berpaling.
"Jangan dipendem, kak Gilang kesel karena apa?" tanya Ica ingin tau.

"Ca, Gue sayang banget sama lo," jawab Gilang melenceng dari pembahasan.

"Gue ke ruang osis dulu, ada yang mesti di urus." Gilang melenggang pergi meninggalkan tanda tanya besar bagi Ica, badannya hampir terhuyung karena senggolang dibahunya.

Ica menoleh, "Kak Doni?"

"Si Ketos lagi cemburu, Ca. Masa gitu aja lo gak peka," cetus Doni berlalu.

Ica semakin mengerutkan keningnya, ia tersadar kemudiam mengelus-elus keningnya yang sudah beberapa kali ia kerutkan, takut jika menjadi permanen.

"Kak Gilang cemburu? Cemburu sama sia... Oh iya, sama Kak Adit kah?" monolog Ica lalu melangkah menuju kelas, matanya terus memandang ke bawah sambil berpikir.

Apa semua laki-laki kalau cemburu akan seperti Gilang? Atau ada yang mengatakan terang-terangan? Sepertinya Gilang termasuk tipe yang pertama, memendam lalu menjadi kekesalan.

Hari ini Ica dan teman sekelasnya memiliki jam pelajaran Olahraga, semua siswa-siswi diminta oleh guru untuk berganti seragam.
Ica berjalan beriringan dengan Santi dan juga Mia.

"Mi, Siput mana?" tanya Ica disela-sela langkahnya.

"Gak ikut Olahraga itu anak, katanya sih sakit perut," jawab Ami.

"Bohong banget Siput, tadi gue liat baik-baik aja tuh," sahut Santi.

"Kali aja bener, San."

"Buruan jalannya, anak-anak udah dilapangan semua!" Bimo muncul dari belakang menyalip langkah ketiganya.

"Etdah, Bim. Selow aja kali, lagian lapangannya juga gak bakal lari," balas Santi menatap punggung Bimo.

"Ya kali lapangan bisa lari, San." cetus Ica terkekeh.

"Nah, makanya itu."

Ketiganya sudah sampai dilapangan, semuanya diminta untuk merenggangkan barisan agar tidak bersenggolan satu sama lain. Untuk pemanasan, Pak Johan memerintahkan semuanya untuk mengelilingi lapangan minimal 5 kali putaran. Mendengarnya saja sudah membuat Ica engap sendiri, lapangan di sekolahnya lebarnya tidak main-main.

Satu persatu siswa-siswi mulai berlari mengitari lapangan, Santi dan Mia sudah seperti Falentino rossi. Saling menyalip satu sama lain untuk menjadi yang paling awal selesai memutari lapangan. Ica menoleh ketika melihat sebuah kaki mensejajari langkah larinya.

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang