"Kangeeen." Gilang mencium wangi shampo disetiap helai rambut Ica.
"Sama ... Ica juga kangeen."
__
Gadis itu hadir ditengah hidup Gilang yang monoton. Datang membawa sejuta warna menghiasi harinya dengan bermacam tingkah laku yang unik. Gilang hanyu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading __
Ica melambaikan tangannya ketika Rara dan Gilang meninggalkan halaman rumahnya. Ica segera menutup pintu setelah mendengar adzan magrib berkumandang.
Ia masih tak habis pikir dengan Gilang, laki-laki itu sama sekali tidak berbicara padanya. Ica mendengkus menendang ke udara, ia berjalan ke kamar untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. __
Ica melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah, ia tersenyum ketika orang menyapanya, walaupun Ica sendiri tidak mengenal mereka.
Langkahnya terhenti ketika pandangannya bertemu dengan Gilang, laki-laki itu baru saja keluar dari kelasnya. Nyariin Ica kah? Ica melangkah mendekat, mulutnya terkatup rapat saat Gilang melewatinya begitu saja. Ica melihat punggung Gilang yang semakin menjauh.
"Makanya jadi cewek jangan keganjenan, udah tau Gilang itu punya gue," cetus suara dari belakang tubuh Ica.
Serli datang bersama pengawalnya, Sasa. Ica tidak memperdulikan keberadaan seniornya itu, ia kembali berjalan menuju kelas.
Serli tertawa miring, sebentar lagi Gilang akan menjadi miliknya. Satu penghalang telah menyingkir dengan sendirinya.
Ica duduk dengan perasaan dongkol, ada yang berbeda dari Gilang. Biasanya laki-laki itu akan mengganggunya dimanapun mereka betemu, tidak seperti tadi.
Seluruh siswa serentak diam ketika bu Ani masuk ke kelas. Ica mengernyit bingung. Bukankah Ibu Ani menyuruh mereka semua mengumpul tugas di Bimo, lalu kenapa ibu nya masuk ke dalam kelas.
"Maaf anak-anak, ibu mampir sebentar untuk mengambil tugas, silahkan semuanya kumpul ke depan," perintah bu Ani.
Ica membuka tas untuk mengambil buku tugas, ia mengeluarkan satu persatu buku yang ada. Ica tidak menemukan keberadaan buku tugasnya, Ica teringat jika buku tugasnya tergeletak di atas ranjang, Ia lupa memasukkannya kedalam tas.
Ica meringis menatap Santi, "San, buku gue ketinggalan."
"Hah, kok bisa?" seru Santi terkejut.
Ica menunduk lesu, "Gue lupa masukin ke dalem tas."