Happy reading
__Desahan panjang keluar dari mulut Gilang, laki-laki itu sedang berada dipuncak bogor bersama sang Ibu, ada rumah lama mereka disini. Sudah Lima hari setelah kepergian ayahnya Gilang belum mengaktifkan ponsel. Ia hanya ingin menenangkan diri dan tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Kepergian ayahnya masih sulit Gilang terima, rasanya seperti mimpi!
"Bu, ayo masuk! Udah mau maghrib," ajak Gilang kepada Ibunya yang sedang duduk melamun dibalkon kamar.
"Kamu duluan aja Lang, sebentar lagi Ibu masuk."
Gilang menghela nafas lelah, selama disini Ibunya selalu seperti itu. Melamun dan melamun, padahal sudah beberapa kali Gilang mengingatkan kalau Ibunya tidak boleh seperti ini terus.
Gilang melangkah memasuki kamar sebelah, rencananya besok ia akan pulang dan mulai mencari pekerjaan. Tidak mungkin Gilang membiarkan Ibunya sendiri mencari nafkah, Gilang anak laki-laki rasanya tidak pantas jika hanya meminta. Walaupun uang pesangon ayahnya selama bekerja bisa dibilang banyak, Gilang tetap merasa tidak enak. Sudah cukup ia menyusahkan orangtuanya, kini saatnya Gilang harus belajar mandiri, memiliki uang dari hasil jerih payahnya sendiri.
Masalah sekolah Gilang sudah mengurusnya, sebentar lagi ia lulus tidak mungkin kalau harus berhenti sekarang. Sia-sia saja pengorbanan ayahnya banting tulang selama ini jika hal itu sampai terjadi.
Ia juga memiliki tabungan yang sepertinya cukup untuk membuka usaha kecil-kecilan jika nanti ia tidak mendapat pekerjaan.Gilang menghempaskan tubuhnya di ranjang, menarik bantal guling untuk dipeluknya. Sekelabat bayangan terlintas dipikirannya, ah, apa kabar gadisnya? Sudah hampir seminggu ia tidak ke sekolah, Rasa rindu ini muncul. Melihat senyum Ica bagai obat penenang disaat hatinya gelisah. Gilang mengambil ponsel di atas nakas, ia berencana memberi kabar pada Ica, tapi seperti tidak perlu. Besok Gilang akan pulang, biar kehadirannya saja yang menjadi sebuah kejutan.
__
Ica menunduk putus asa, hampir seminggu ini Gilang tidak masuk sekolah, laki-laki itu juga tidak ada dirumah. Salahkah jika Ica takut ditinggalkan? Hampir setiap jam istirahat sekolah, ketiga teman-teman Gilang selalu menghampirinya, menghiburnya agar tidak terlalu cemas memikirkan Gilang, mereka selalu bilang jika Gilang baik-baik saja, jika Gilang hanya pergi untuk menenangkan diri.
Ica meyakinkan diri bahwa yang mereka ucapkan ada benarnya, Ica juga tidak perlu merasa takut ditinggalkan, karena jika sejatinya berjodoh mau dimanapun, sejauh apapun akan tetap bertemu kembali.
"Hey, ngelamunin apa lo?" sentak Santi menganggetkan Ica.
"Gue gak ngelamun San, tapi lagi mikirin masa depan," balas Ica memutar bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILANG FALLS [COMPLETED]✔️
Подростковая литература"Kangeeen." Gilang mencium wangi shampo disetiap helai rambut Ica. "Sama ... Ica juga kangeen." __ Gadis itu hadir ditengah hidup Gilang yang monoton. Datang membawa sejuta warna menghiasi harinya dengan bermacam tingkah laku yang unik. Gilang hanyu...