Epilog

14.3K 684 62
                                    

Kejutaaaaaaaaaaan🎉🎉🎉Terkejooood tak? WkwkwkSemoga happy end yaa,  semoga😉Happy reading😍___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejutaaaaaaaaaaan🎉🎉🎉
Terkejooood tak? Wkwkwk
Semoga happy end yaa,  semoga😉
Happy reading😍
___

Setelah hari itu berlalu, Ica perlahan berubah. Ia lebih suka menyendiri dan tak ingin bersosialisasi. Beberapa kali Santi mengajaknya untuk datang di acara-acara luar sekolah. Tapi, ada saja alasan yang akan Ica lontarkan untuk menolak.

Terkadang Santi merasa sedih melihat perubahan Ica, ia sering mengadu pada Doni dan kawan-kawan supaya mau menunjukkan keberadaan Gilang. Tak pelak mereka tetap kekeuh pada pendiriannya kalau belum saatnya Ica tau. Sejak kejadian dimana Ica menangis meraung di makam, Santi menjadi dekat dengan Doni. Entahlah, padahal dahulu mereka selalu saja beradu mulut ketika bertemu.

"Ayolah Kak, kasih tau napa!" Santi terlihat kesal berbicara pada Doni yang sejak tadi sibuk dengan ponsel.

Mereka sedang bertemu di salah satu kafe dekat sekolah, lebih tepatnya Santi di culik ketika bel pulang sekolah berbunyi. Rengekan Santi terhenti karena ponsel milik Doni berbunyi, laki-laki itu sesekali melirik ke arahnya yang sedang menatap curiga.

Doni menghela nafas panjang, ia akan membicarakan semua keluhan Santi pada laki-laki yang telah berbuat ulah.
"Iya!" Doni melirik Santi lalu menatap ke arah lain, Santi berusaha memasang tajam telinganya, siapa tau ada informasi yang penting tentang Gilang.

Sejujurnya Santi juga merasa kesal dengan Gilang, mengapa harus pergi tanpa pamit pada kekasihnya, kan kasihan Ica. Harus menanggung beban Rindu. Seperti kata dilan, rindu itu berat. Lebih berat dari tabung gas tiga kilogram.

"Eh kutu, kuping gue panas tiap hari denger omelan Santi," ucap Doni pada seseorang di seberang telepon. Santi mendelik ketika namanya dibawa-bawa.

"Lo nggak kangen apa? Doi berubah semenjak nggak ada lo, gue juga lihatnya kasihan. Bego banget dah lo, gue embat entar."

Sekali lagi Santi mendelik, mau ngembat siapa Doni? Ia berucap tanpa suara ke arah laki-laki itu yang hanya dibalas cengiran lebar. Hubungannya dan Doni tidak bisa dibilang biasa, mereka sangat dekat. Tinggal menunggul hari dan tanggal yang pas untuk jadian.

"Oke-oke, ntar gue yang ngomong! Gue harap Ica masih mau sama lo," balas Doni tertawa.

Doni meletakkan ponselnya diatas meja, ia menatap Santi yang juga menatapnya. Doni menghela nafas.

"Itu tadi, Gilang."

"Gue udah tau," jawab Santi cuek.

"Lo, tau dari mana?"

"Tau ajalah, kalo udah bahas Ica mah. Kenapa sih nggak kasih tau Ica aja dimana Kak Gilang! Lo emang tega banget kak," sungut Santi menatap kearah lain.

"Heh, gue juga mau kasih tau yang sebenernya sama Ica. Tapi, Gilang noh yang ngelarang. Dia lagi nyiapin masa depan," ucap Doni menyugar rambutnya ke belakang. Rambut yang kian memanjang karena tidak ada lagi guru yang akan memarahinya, di perkuliahan mau sepanjang apapun rambut tidak masalah.

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang