Pergi

7.5K 480 18
                                    

Happy day, enjoy!(●´з')♡__

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy day, enjoy!(●´з')♡
__

Langit mendung mengiringi pemakaman pagi ini, Gilang beserta keluarga besarnya, baik dari sebelah Ibu maupun Ayahnya datang semua. Semalam ia pulang ke tanah  kelahirannya, Bandung.

Ketiga sahabatnya juga ikut hadir di pemakaman, kalau seandainya ia adalah kaca mungkin saja bentuknya sekarang remuk tak bersisa.

Satu-persatu para pelayat mulai meninggalkan TPU tempat Ibunya di makamkan, tinggal ketiga sahabatnya saja yang masih betah menunggu. Bahkan, makam Ibunya bersanding dengan makan Almarhum sang Ayah. Sungguh miris, Gilang hanya hidup seorang diri sekarang.

"Lang, ayo pulang," ajak Doni ikut berjongkok di samping Gilang.

Gilang membuang muka, "Tinggalin gue sendiri, Don."

Doni menghela nafas, ia menoleh ke arah Jamal dan Surya yang mengangguk, mereka akan memberikan ruang untuk Gilang menyendiri.

"Don?" panggil Gilang menghentikan langkah ketiganya, doni menoleh.

"Lo jangan kasih tau Ica, apapun alasannya."

Doni mengangguk dan kembali berjalan meninggalkan pemakaman.

Gilang menatap lurus gundukan makam yang saling berdampingan, Ayah dan Ibunya lebih dulu pergi meninggalkannya. Ia melepas kacamata hitam dan mengusap sudut matanya yang berair, air matanya tak habis-habis mengalir.

"Ayah, Ibu. Kenapa ninggalin Gilang?" lirih Gilang menunduk.

"Kenapa ninggalin Gilang sendiri? Kenapaaaa? Apa salah Gilang? Apaaaaa?" Gilang menangis meraung menggenggam tanah di gundukan makan.

Tidak ada satu pun orang yang akan melihatnya terpuruk seperti ini, tidak ada. Ya tuhan, berat sekali cobaan darimu. Gilang mengusap air mata dipipi, ia berdiri mencoba tegar.

Gilang berbalik meninggalkan makan Ibu dan Ayahnya, orangtua yang membesarkannya selama ini. Gilang minta maaf bu, yah. Gilang belum bisa bahagiain kalian, batin Gilang menjerit.

Dunianya terasa hampa. Memang benar, ujian terberat yang dalam hidup adalah kehilangan karena kematian.

Gilang berjalan lambat  melewati rumah terkahir yang akan manusia tempati, ia sejenak menoleh ke makam Ibunya, tersenyum getir kemudian berlalu.
__

Doni manatap cemas ke arah Jamal dan Surya, kedua temannya itu terlihat bingung.

"Gimana ini?" tanya Doni.

Surya dan Jamal mengedikkan bahu dengan santainya. Doni melengos menjauh dari mereka.

"Iya, Ca?" ucap Doni setelah telepon ia angkat.

"Kak Doni, kak Gilangnya ada kan di sana?" tanya Ica dengan suara parau.

Doni menunduk, mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai. Bingung mau menjawab apa, semua serba salah. Ia berdehem beberapa kali.

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang