Perasaan Haru

526 62 0
                                    

Kambe Daisuke dan Kanbe Suzue yang menghadiri kelas masing-masing dan penyelidikan pun ditunda sembari mengambil waktu di sela-sela perkuliahan, membuat Katou Haru kini menyelidikinya sendiri. Haru menolak menjawab pertanyaan Kamei Shinnosuke teman sekelasnya tentang apa yang sedang dilakukannya dengan Kambe hingga membuatnya harus terluka lebih sering dibandingkan sebelumnya. Sebagai teman Haru, tentu dia khawatir dan tidak suka bagaimana Daisuke harus menjadi penyebab utama luka-luka yang didapat oleh Haru. Walau kini keadaannya sudah sembuh total.

Haru yang kali itu tidak ada kelas, melihat dokter Kesehatan memanggilnya untuk makan siang. Sembari di traktir makanan sederhana yang sangat disukai Haru, sang dokter bicara.

"Sekarang Kambe sudah mengingatmu?"

Haru mengangguk. "Ng, dia bilang sepenuhnya, sampai awal pertemuan kami dan dia yang mengajakku bicara."

Sang dokter tersenyum. "Begitu, syukurlah." Haru hanya mengangguk lagi menanggapinya.

Haru melihat dokter itu mengeluarkan sebuah map berwarna gelap yang berisikan beberapa artikel yang disusun rapih.

"Ini data yang kudapat perihal rahasia yang mungkin saja orang tua kalian sembunyikan, hingga harus menjadi incaran." Haru membelalakan matanya. "Tapi Haru,"

Tangan Haru yang hendak menerima artikel itu, berhenti disaat sang dokter menatapnya dengan tajam. "Pastikan kau melakukannya bersama Kambe." Haru mengerjap.

"Jangan ada rahasia lagi di antara kalian. Jangan lagi ada jarak di antara kalian."

Haru terdiam, dan merasakan sang dokter akhirnya memberikan file artikel itu padanya. "Aku tahu." Dia meletakkannya tepat di depan makanannya. "Aku akan menuntaskan kasus ini dengannya, dan menemukan pelaku sekaligus ayah Daisuke. Sekaligus menunggu kesadaran sang bunda." Dokter itu mengangguk mantap.

"Tapi bila aku tidak segera menjauh darinya..."

Sang dokter mendengar Haru menggumam pelan, dengan mata kosong, seolah tidak berharap ucapannya yang barusan tidak didengar siapapun selain dirinya.

"Haru?"

"Huh?" Haru pun mengerjap.

"Ada apa?"

Haru langsung menggeleng pelan. "Tidak, bukan apa-apa."

Dokter itu mengeryit bingung, namun akhirnya menyerah karena Haru sudah mulai membaca artikel darinya. Dengan mulut penuh makanan, matanya sibuk mencermati setiap tulisan dan kata-kata disana.

Haru yang hendak menuju ke kelasnya dengan data baru perihal artikel kasus yang sedang diusutnya, melihat Daisuke dan Suzue bersama rekan-rekan lainnya di taman berbincang. Haru hanya tersenyum setiap kali Daisuke akhirnya memiliki teman bicara dan tidak lagi hanya dirinya.

"Dulu dia bilang gak punya teman dan hanya rekan sekelas." Haru mendesah pelan. "Temannya banyak bukan sekarang? Dasar."

Haru pun hendak menghampiri untuk memberitahu perihal data baru, berhenti melangkah. Haru membelalakan matanya, disaat melihat Suzue berbisik di telinga Daisuke. Surai hitam itu tersenyum dan tertawa disaat mendengarnya dan membuat teman-temannya penasaran.

Tanpa disadari, mulut Haru terbuka sedikit, dan sekelebat ingatan muncul di kepalanya.

"Ibu, cinta itu apa?"

Sang bunda tertawa. "Haru sudah mengetahui soal itu? Kau masih kecil."

Haru menggerutu. "Aku tahu aku masih kecil, tapi aku menerima cinta dari ayah dan ibu!"

Reason to be a Hero Once Again - Fugou KeijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang