Katou Haru mengerjap beberapa kali saat Kambe Daisuke mengatakannya dengan ekspresi polos dan datar. Surai coklat itu merasa dunianya seolah tiba-tiba hening dan sepi. Haru pun akhirnya bersuara.
"Ti-tidak apa-apa kok, hanya sekadar membawamu pulang ke rumah-"
"Tidak, bukan itu."
"Huh?"
Haru mengerjap saat Daisuke tidak memandangnya. Dia mencengkram selimutnya sendiri.
"Kau peduli padaku dan perhatian padaku, dan aku tidak menggubrisnya sama sekali." Haru mengerjap terkejut. "Padahal aku sudah bilang kau bebas memperingatiku dengan cara apapun, kau tetap saja baik padaku dan perhatian padaku."
Daisuke melihat cengkramannya itu semakin mengerat.
"Aku sampai berkata kasar dan kejam padamu."
"Tung-aku baik-baik saja kok, sungguh-"
"Tidak, aku yakin kau tidak baik-baik saja."
Haru membelalakan matanya saat Daisuke memandangnya. "Maaf, Haru. Maaf." Surai coklat itu mengeryit sebelum mendesah.
"Sudahlah, Daisuke. Tidak apa-apa kok."
Daisuke menggeleng pelan lagi. "Aku sampai mengatakan bahwa aku tidak butuh apapun yang biasa kau buatkan untukku...padahal aku, sangat menyukainya." Haru mengerjap. "Aku sampai tidak ingin kau membuatkan masakan apapun untuk orang lain selain diriku."
Haru merona mendengarnya. Ternyata dia hanya spontan mengatakannya...Haru yang menggaruk pipinya menahan rasa malu pun mendesah pelan.
"Yah, jujur aku kaget mendengarmu berkata begitu lho, Daisuke." Surai hitam itu mendongak dan menatap Haru. "Apalagi aku ingin sekali membantumu dalam keadaan begitu. Tidak bisa melakukan apapun untuk orang yang kusayangi, rasanya sama saja aku tidak ada-"
"Maaf, Haru, maaf."
"Eh!?" Haru terkejut saat Daisuke meraih tangannya dan menggenggamnya erat.
"Beberapa hari ini, aku sungguh kesepian." Haru mengerjap lagi. "Kau tidak jauh dariku, tapi rasanya begitu jauh seolah kita berbeda kota dan berbeda negeri."
"Ka-kau terlalu berlebihan..." Daisuke menggeleng lagi.
"Padahal biasanya, aku tidak sabar untuk menyapamu di pagi hari, juga menunggumu menjemputku hingga membangunkanku." Haru merasakan genggaman tangan Daisuke mengerat. "Aku lupa hanya karena pekerjaan dan hal yang bisa merenggut nyawaku..."
Haru mengeryit. Dia pun berbisik. "Bisakah, kau mengabulkan permintaanku satu saja, Daisuke?"
Daisuke mendongak dan mendapati Haru tersenyum sedih padanya. "Berhentilah merokok dan meminum kopi dalam jumlah yang berlebihan. Aku tidak akan meminta apapun darimu lagi, selain itu."
Haru terkejut saat air mata mulai menggenangi mata Daisuke dan akhirnya tumpah. Haru tanpa ragu menariknya ke pelukan. "Tunggu, kenapa kau nangis?"
"Aku yang selalu egois padamu...dan selalu kau turuti tanpa protes..." Haru mengeryit saat Daisuke mulai terisak di pelukannya. "Sekarang mendengarmu hanya meminta satu hal padaku...rasanya..." Haru memejamkan matanya. Dia memeluk Daisuke lebih erat.
"Kita akan berpisah, Haru?"
Haru membelalakan matanya. Dia tidak tahu harus berkata apa, karena rasanya, bicara pada Daisuke pun tidak akan didengar olehnya, dia terlalu berada dalam my own pace-nya tanpa ragu. Haru pun mengeryit.
"Aku tidak tahu, apakah kata-kataku bisa meraihmu lagi atau tidak, Daisuke." Haru yang memejamkan mata merasakan Daisuke terkejut. "Aku memarahimu, kesal padamu, berteriak padamu, menceramahimu, kau terlihat tidak menggubris dan tidak mendengarkannya sama sekali." Mata Haru mulai berbinar dengan air mata kini. "Aku ingin bisa membantumu, mendukungmu, melindungimu, berada dekat denganmu, dan bersamamu. Tapi bila aku tidak bisa melakukannya karena segini dekat denganmu, aku lebih tidak ingin lagi, Daisuke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason to be a Hero Once Again - Fugou Keiji
RomanceKatou Haru yang kehilangan orang tuanya kini menjadi sebatang kara. Walaupun keluarganya merupakan keluarga yang disayangi dan dikenal baik oleh banyak keluarga. Termasuk keluarga besar Kambe. Namun itu tidak mengubah kenyataan Haru tidak memiliki s...