Kau dan Aku dalam Jarak Itu - Bag.1

120 15 0
                                    

Kanbe Suzue yang kini berada di kediamannya sendiri di salah satu wilayah Inggris, untuk membantu proyek energi baik yang diserahkan padanya oleh Kambe Daisuke dan Katou Haru, mendapati kedua orang tuanya mendatanginya.

"Bagaimana kabar Mahoro-san, Suzue?"

"Ah, baik, ibu."

"Hmph, kenapa kau dan Kambe harus memutuskan pertunangan demi hubungan yang tidak sepantasnya terjadi ini?"

"Ayah!"

Suzue mengeryit melihat sang ayah tidak setuju pada hubungannya dengan Saeki Mahoro. Berbeda dengan kedua orang tua Daisuke, Shigemaru dan Sayuri, yang mendukungnya untuk bisa hidup dan bahagia dengan Haru. Walaupun tidak jarang dan tidak sedikit hubungan seperti itu, tetap saja hubungan yang normal sebagai seorang pasangan antara perempuan dan laki-laki, masih lebih baik.

"Maaf, ayah..."

"Duh, kenapa Suzue yang harus minta maaf?" Sang bunda menghampiri dan memeluk anaknya. "Terserah ayah tidak menyetujui hubungan Suzue dengan Mahoro-san," keduanya saling pandang kini. "Saya hanya ingin anak perempuanku bahagia, seperti anak lelaki Shigemaru-san dan Sayuri-san."

Sang ayah mendengus dan berbalik. "Hmph, kalian harusnya sadar diri dan bertanggung jawab." Suzue melihat sang ayah menatapnya tajam.

"Lihat saja bila kau tidak memberi keturunan pada keluarga kita, Suzue."

"Ayah!"

Suzue mengeryit dan melihat sosok sang ayah pergi. "Jangan terlalu dipikirkan, Suzue." Perempuan itu menoleh pada sang bunda yang selalu mendukungnya.

"Asalkan kamu bahagia, ibu sudah sangat senang. Hayo, kamu jadi sedih kan?"

Kedua pipi Suzue kini dipegang erat oleh sang bunda layaknya kue mochi. Dia teringat seperti apa rasanya memegangi pipi menggemaskan milik Saeki, yang selalu berisi karena melihatnya begitu antusias dan bahagia menikmati makanan manis hingga permen di tangannya. Suzue juga ingat bahwa terkadang Daisuke menerima permen-permen kesukaan Saeki padanya.

Suzue pun tersenyum dengan kasih sayang dari sang bunda, yang mirip dengan perhatian dari Saeki. Dirinya menyentuh tangan lembut itu.

"Terima kasih, ibu."

Di markas kepolisian, Haru dan Daisuke yang sedang bekerja melihat Saeki yang biasanya ceria terlihat sedih. Dia tidak bicara sama sekali maupun menikmati makanan manisnya. Haru pun bangkit dari kursinya dan membuat Daisuke mengikuti langkahnya. Dia menghampiri Saeki yang seolah memandang kosong ke depan.

"Saeki-san?"

"Huh? Ah, Haru-san."

Haru mengeryit. "Anda baik-baik saja? Tumben sekali, saya tidak mendengar suara ceria dan semangat anda."

"Eh!? A-aku tidak apa-apa kok! Selalu ceria!"

Haru mengeryit semakin khawatir, saat Saeki memaksakan diri melakukannya, agar tidak membuat Haru yang menatapnya kini ikut khawatir. Haru pun bangkit.

"Mau temani saya makan siang?"

"Eh?"

Haru menunjuk keluar jendela. "Sesekali, kita makan di café itu bersama."

"Sungguh?!"

Haru tersenyum saat Saeki terlihat antusias sebelum menoleh dengan khawatir pada Daisuke. "Ah, tapi bagaimana dengan Dai-chan?"

Daisuke memejamkan mata saat keduanya memandang ke arahnya. "Tidak masalah, Saeki."

"Be-benarkah?"

Reason to be a Hero Once Again - Fugou KeijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang