Suatu hari, Kambe Daisuke dan Katou Haru mendapat tugas untuk berpatroli di sekitar apartemen lama Haru, berbagi dengan Hoshino Ryo dan Kamei Shinnosuke. Hari itu terdapat sebuah perayaan yang membuat beberapa wilayah dan kota terbebas dari kegiatan mereka, baik bekerja hingga sekolah. Jalanan kota jadi ramai dan dipenuhi oleh beragam kalangan berjalan-jalan dan menikmati hari libur dan perayaan itu bersama-sama.
Keduanya berhenti di sebuah taman tak jauh dari sekitar daerah perumahan. Mereka mendengar suara tangisan yang teredam disana. Hal itu membuat mereka tidak ragu untuk melihat apa yang sedang terjadi dan siapa yang sedang menangis.
Mereka mengerjap beberapa kali melihat seorang anak lelaki, berambut coklat tua yang seolah warnanya merupakan gabungan dari warna rambut coklat muda abu Haru dan rambut hitam Daisuke. Keduanya saling pandang sebelum menghampiri.
Daisuke menyerahkannya pada Haru yang biasa dekat dengan anak kecil. "Um...kamu baik-baik saja?"
Anak itu yang sedari tadi menangis pun mendongakkan wajahnya. Dia menatap Haru yang tersenyum padanya sembari mengulurkan tangan.
"Namaku Katou Haru. Namamu?"
Anak lelaki itu mengerjap beberapa kali sebelum bersuara. "Yuki." Haru dan Daisuke saling pandang. Mereka agak terkejut juga anak itu tidak menyebutkan nama keluarganya dan hanya namanya saja.
"Yuki-kun kenapa disini sendirian? Kenapa kamu menangis?"
Anak itu, Yuki, tidak menjawabnya. Dia mendongak, menatap Daisuke yang menatapnya dengan ekspresi datar, sebelum bangkit dari tempatnya duduk. Haru melihatnya berlari dan memeluk kaki Daisuke. Tentu saja, itu mengejutkan Daisuke yang biasanya tidak terbiasa dengan anak kecil.
Keduanya saling pandang, apalagi Daisuke tidak tahu bagaimana menghadapi anak kecil dan mengapa anak bernama Yuki itu lebih memilihnya dibandingkan Haru.
"Yuki-kun...?"
Namun pegangannya semakin erat di kedua kaki Daisuke. Dia membenamkan wajahnya di tengah-tengah. Haru mengedikkan bahu saat Daisuke mengeryit bingung. Surai hitam itu mendesah pelan sebelum menepuk kepala anak itu.
"Daripada kau memelukku, bagaimana kalau kau memegang tanganku saja?" Ucapan Daisuke membuat Yuki mendongak. "Namaku Kambe Daisuke." Anak itu mengerjap sebelum mengangguk.
Dia melepaskan pelukannya pada kaki jenjang Daisuke dan mengangkat tangan padanya. Daisuke membelalakan mata saat anak itu tidak ragu mengikuti permintaannya, sebelum surai hitam itu menyerah dan meraih tangannya.
Haru tersenyum melihat keduanya sebelum bersuara. "Bagaimana kalau kita coba antar ke pos polisi terdekat?" Daisuke menoleh pada surai coklat itu.
"Kita tanyakan apakah anak ini anak hilang atau bagaimana?"
Keduanya yang pergi ke pos polisi membawa Yuki, anak lelaki yang menangis sendirian di sebuah taman, mendapat informasi dari salah satu satpam bahwa ada anak yatim piatu yang hilang dari sebuah panti asuhan. Mereka cukup terkejut mendengarnya namun tetap membawa anak itu kembali ke tempat sebelumnya dia berada.
Panti asuhan itu berada tidak jauh dari taman yang dikunjungi Yuki sendirian. Setelah mengantarkannya dan Haru juga Daisuke melihat banyaknya anak-anak disana, Haru mendengar cerita perihal Yuki dan juga kedua orang tuanya dimana Daisuke menemani Yuki dan yang lainnya bermain bersama.
"Yuki-kun merupakan anak yatim piatu sejak bayi." Haru membelalakan matanya. "Kami menemukannya ditinggal tepat di depan pintu panti asuhan ini. Kami juga sangat terkejut."
Salah satu pengurus panti asuhan menyentuh wajahnya. "Yuki tidak menangis, dan kami khawatir dia tidak tumbuh dengan baik dan tidak terurus dengan baik. Setelah beranjak kanak-kanak pun, Yuki tidak banyak bicara dan jarang menunjukkan emosinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason to be a Hero Once Again - Fugou Keiji
RomantizmKatou Haru yang kehilangan orang tuanya kini menjadi sebatang kara. Walaupun keluarganya merupakan keluarga yang disayangi dan dikenal baik oleh banyak keluarga. Termasuk keluarga besar Kambe. Namun itu tidak mengubah kenyataan Haru tidak memiliki s...